Month: April 2019

Kubur siapakah itu?

Pastinya, hanya kubur orang-orang kudus, anak-anak Allah, yang terbuka. Orang mati yang jiwanya tidak mendapat bagian dalam berkat kematian Kristus tentu tidak turut terbuka, sebab mukjizat tersebut adalah jawaban terhadap karya penebusan Yesus.

Betapa indahnya gambaran itu. Di mata Allah, semua kuburan anak-anak-Nya, yang masing-masing dipilih secara khusus dengan penuh kasih, adalah tempat terpenting di dunia!

Meski kubur-kubur itu terbuka…

Kubur-Kubur yang Terbuka

. . . terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka. —Matius 27:51-52

Gelap gulita di siang bolong adalah keajaiban pertama dari enam mukjizat yang terjadi selama penyaliban Yesus (MATIUS 27:45). Inilah awal dari serangkaian peristiwa ilahi yang menandai kematian Yesus Kristus. Kedua, tabir Bait Suci secara ajaib terbelah dua dari atas sampai bawah. Mukjizat ketiga, gempa bumi dan…

Terbakar Habis

Dalam buku The Call, Os Guinness bercerita tentang suatu waktu ketika Winston Churchill berlibur bersama para sahabatnya di wilayah selatan Prancis. Saat itu ia duduk dekat perapian untuk menghangatkan badan di malam yang dingin. Sambil memandangi api, mantan perdana menteri itu melihat batang-batang pinus “bergemeretak, mendesis, dan memercik saat terbakar dilalap api. Tiba-tiba, ia bersuara, ‘Saya tahu mengapa batang kayu memercikkan api. Saya tahu rasanya terbakar habis.’”

Hati yang Penuh Damai Sejahtera

Selama empat puluh lima tahun setelah karirnya sebagai atlet profesional berakhir, nama Jerry Kramer tidak pernah masuk dalam daftar atlet berprestasi (Hall of Fame) dari bidang olahraga yang digelutinya. Ia pernah mendapatkan banyak penghargaan dan pencapaian lain, tetapi yang satu itu belum pernah ia terima. Walaupun sudah sepuluh kali dinominasikan untuk mendapatkan penghargaan itu, ia belum pernah mendapatkannya. Meski harapannya kandas berulang kali, Kramer tidak sakit hati. Ia berkata, “Saya merasa NFL (badan liga football Amerika) sudah memberi saya 100 hadiah di sepanjang hidup saya, jadi alangkah tololnya bila hanya karena satu penghargaan yang tidak saya dapat, saya lantas kecewa atau marah.”

Melalui Lembah Kekelaman

Hae Woo (bukan nama asli) pernah dipenjara dalam sebuah kamp kerja paksa di Korea Utara karena berupaya menyeberangi perbatasan ke Tiongkok. Siang-malam ia tersiksa, baik secara fisik oleh para penjaga yang kejam maupun oleh kerja paksa yang berat. Ia pun hanya boleh tidur sebentar di atas lantai yang sedingin es bersama tikus dan kutu. Namun, setiap hari Allah menolongnya, termasuk menunjukkan kepadanya tahanan mana yang perlu ia dekati agar ia dapat menceritakan tentang imannya.