Month: Oktober 2019

Baja dan Beludru

Penyair Carl Sandburg menulis tentang mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, “Dalam sejarah umat manusia, tidak sering kita bertemu seorang manusia yang terbuat dari baja dan beludru, . . . yang menampilkan dalam hati dan pikirannya suatu paradoks antara badai yang mengamuk dan keteduhan yang sempurna.” “Baja dan beludru” menjadi gambaran bagaimana Lincoln berhasil menyeimbangkan kekuasaan dari jabatannya dengan kepeduliannya terhadap orang-orang yang merindukan kebebasan dari perbudakan.

Saat Kita Memuji

Ketika Willie, yang masih berusia sembilan tahun, diculik dari halaman depan rumahnya di tahun 2014, ia tak henti-hentinya menyanyikan lagu rohani favoritnya Every Praise. Selama tiga jam yang mengkhawatirkan itu, Willie mengabaikan perintah si penculik yang berulang-ulang memintanya diam di dalam mobil yang terus melaju. Akhirnya, si penculik membiarkan Willie turun dari mobil tanpa melukainya. Willie kemudian menceritakan bagaimana ia merasa ketakutannya hilang dan berganti dengan keyakinan, tetapi penculiknya justru merasa gelisah mendengar lagu yang dinyanyikannya.

Kebenaran itu Pahit atau Manis?

Di hidung saya sempat muncul bintik dan saya membiarkannya selama beberapa waktu sebelum akhirnya memeriksakannya ke dokter. Hasil biopsi yang diterima beberapa hari kemudian memberikan kesimpulan yang tidak ingin saya dengar: kanker kulit. Meskipun kanker itu bisa diangkat dan tidak mematikan, tetap saja kenyataan itu bagaikan pil pahit yang harus ditelan.

Wamena, Teladan Bhinneka

Mencekam. Ratusan orang berlarian dan diliputi ketakutan. Senin, 23 September 2019 kerusuhan meletus di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Belasan korban…

Menjalani Hidup dengan Tenang

“Apa cita-citamu kalau sudah besar nanti?” Kita semua pernah ditanya seperti itu sewaktu kecil, bahkan terkadang saat sudah dewasa. Pertanyaan itu terlontar karena rasa ingin tahu, dan jawaban yang diberikan sering kali bisa menjadi indikasi dari ambisi. Jawaban saya berubah-ubah, dari ingin menjadi koboi, sopir truk, tentara, hingga memutuskan untuk belajar menjadi dokter di perguruan tinggi. Meski demikian, tidak pernah satu kali pun saya ingat ada yang menyarankan, atau saya secara sadar mempertimbangkan, untuk berusaha “hidup dengan tenang.”