Dalam Satu Tim
Ketika Carson Wentz, pemain quarterback tim football Philadelphia Eagle, kembali merumput setelah sembuh dari cedera parah, quarterback penggantinya, Nick Foles, dengan rela kembali ke bangku cadangan. Meski bersaing memperebutkan posisi yang sama, keduanya memilih untuk saling mendukung dan tetap yakin dengan peran mereka masing-masing. Seorang wartawan melihat bagaimana kedua atlet itu memiliki “hubungan unik yang berakar pada iman mereka dalam Tuhan,” dan hubungan itu ditunjukkan lewat cara mereka mendoakan satu sama lain. Di hadapan orang lain yang menyaksikan mereka, keduanya memuliakan Allah dengan mengingat bahwa mereka berada di tim yang sama—tidak hanya sebagai sesama pemain quarterback Eagle, tetapi juga saudara seiman di dalam Yesus Kristus, yang sama-sama mereka wakili di lapangan.
Kesalahan Telah Dihapus
Selama bertahun-tahun, Deepika menanggung beban rasa bersalah atas caranya memperlakukan adik perempuannya sewaktu mereka berdua masih kecil. Walaupun sudah meminta maaf kepada sang adik yang juga sudah memaafkannya, ia masih terus merasa bersalah.
Cara Tante Betty
Waktu saya masih kecil, setiap kali Tante Betty datang berkunjung, saya merasa hari itu seperti hari Natal. Ia senang membawakan mainan dan memberi uang kepada saya sebelum pulang. Kalau saya menginap di rumahnya, kulkasnya penuh dengan es krim dan saya tidak pernah dipaksa makan sayur. Tidak banyak aturan dan saya diperbolehkan tidur larut malam. Tante Betty menjadi cermin kemurahan hati Allah. Namun, agar tumbuh sehat, saya butuh sesuatu yang lebih dari cara Tante Betty memanjakan saya. Saya juga butuh mengikuti aturan dan harapan orangtua saya atas diri dan perilaku saya, dan saya bertanggung jawab menaati semua itu.
Obral Natal
Seorang ibu merasa sudah terlalu banyak mengeluarkan uang untuk membeli hadiah Natal bagi keluarganya, oleh karena itu pada tahun berikutnya ia memutuskan mencoba hal yang berbeda. Selama beberapa bulan sebelum Natal, ia mengunjungi sejumlah kegiatan penjualan barang bekas untuk mencari-cari barang bekas yang dijual murah. Ia pun berhasil membeli lebih banyak barang daripada biasanya, tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Pada malam sebelum hari Natal, anak-anaknya sangat bersemangat membuka hadiah-hadiah itu. Keesokan harinya, masih ada hadiah yang belum dibuka! Karena merasa bersalah tidak memberikan barang-barang baru sebagai hadiah, si ibu menyiapkan hadiah-hadiah tambahan. Anak-anaknya sempat membuka hadiah-hadiah itu tetapi mereka segera memprotes, “Kami capek membuka hadiah terus! Hadiahnya begitu banyak, Ma!” Tumben sekali anak-anak mengeluh seperti itu di hari Natal!
Natal dalam Selimut Pandemi
Pada tahun 1914, Eropa sedang diselimuti Perang Dunia I yang membawa kehancuran, ratap tangis, dan kesengsaraan.
Namun, di tengah kemelut itu,…