Sukacita dalam Hal-Hal Remeh
Pada tahun 2010, James Ward, kreator blog “I Like Boring Things,” menyelenggarakan acara bertajuk “Boring Conference” (Konferensi yang Membosankan). Konferensi satu hari ini diadakan untuk merayakan hal-hal biasa, remeh, atau yang biasanya terabaikan. Para pembicara mengangkat topik-topik remeh, seperti soal bersin, suara yang dikeluarkan oleh mesin penjual otomatis, dan mesin printer inkjet keluaran 1999. Ward tahu topik-topik tersebut mungkin membosankan, tetapi para pembicara dapat membahasnya dengan cara yang menarik, bermakna, dan bahkan menyenangkan.
Berkat-Berkat Penyembahan
Bagi banyak orang, yang pertama muncul dalam benak ketika mereka mendengar atau membaca tentang penyembahan adalah musik dan nyanyian, tetapi sebenarnya penyembahan kepada Allah masih mencakup banyak aspek lain.
Dana Darurat
Ketika usaha-usaha kecil di Tennessee mendadak ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19, para pemilik toko sempat khawatir bagaimana mereka dapat memperhatikan kesejahteraan karyawan, membayar sewa, dan bertahan melewati krisis ini. Menanggapi keprihatinan mereka, seorang gembala gereja dekat Nashville memulai inisiatif untuk memberikan bantuan tunai kepada para pemilik usaha yang sedang mengalami kesulitan.
Membagikan Penghiburan
Ketika anak perempuan saya, Hayley, datang berkunjung, saya melihat anak laki-lakinya yang berumur tiga tahun mengenakan baju yang tidak lazim. Pakaian yang disebut “ScratchMeNot” (Anti Garuk) itu adalah atasan lengan panjang dengan sarung tangan yang menempel pada ujung bagian lengan. Cucu saya, Callum, mengidap eksim kronis, penyakit yang membuat kulitnya gatal, kasar, dan nyeri. “Baju Anti Garuk ini menjaga Callum agar tidak menggaruk kulitnya sampai luka,” kata Hayley. Tujuh bulan kemudian, kulit Hayley tiba-tiba memerah dan gatal, sehingga ia tidak bisa berhenti menggaruk kulitnya. ”Sekarang saya mengerti apa yang dialami Callum,” Hayley mengaku kepada saya. “Mungkin aku juga perlu memakai baju Anti Garuk!”
Menjangkau Sesama bagi Yesus
Satu dekade lalu, suku Banwaon belum mengenal nama Yesus. Hidup tersembunyi di pelosok pegunungan Mindanao di Filipina membuat mereka nyaris tidak pernah memiliki kontak dengan dunia luar. Untuk mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari, mereka harus menempuh perjalanan selama dua hari dengan naik-turun melintasi medan yang berat. Dunia tidak mempedulikan mereka.