Identitas yang Benar
Seorang teman mengamati foto-fotonya hasil jepretan saya, lalu menunjuk bagian-bagian tubuh yang dianggapnya tidak sempurna. Saya memintanya untuk melihat lebih dekat lagi. “Aku melihat putri cantik kesayangan Raja segala Raja yang Mahakuasa,” kata saya. “Aku melihat sosok seseorang yang sangat mengasihi Allah dan sesama, yang kebaikan, kemurahan, dan kesetiaannya yang tulus telah memberi dampak dalam hidup begitu banyak orang.” Ketika melihat air mata menggenang di matanya, saya berkata, “Kurasa kamu butuh mahkota!” Sore itu kami memilih mahkota yang sempurna untuk teman saya agar ia tidak pernah melupakan identitas sejatinya.
Komunitas Orang Percaya
Komunitas. Apa yang terbayang dalam benak Anda mendengar kata itu? Yesus pernah berdoa agar umat-Nya dikenal sebagai komunitas yang bersatu,…
Merayakan Keberagaman
Pada acara wisuda sebuah SMA di tahun 2019, 608 siswa-siswi bersiap menerima ijazah mereka. Kepala Sekolah menyuruh murid-murid berdiri saat ia membacakan nama negara tempat mereka dilahirkan: Afghanistan, Bolivia, Bosnia . . . Kepala Sekolah terus membacakan enam puluh nama negara dan semua murid berdiri serta bersorak bersama. Enam puluh negara; satu sekolah.
Kita Membutuhkan Komunitas Gereja
Saya anak pertama seorang pendeta Gereja Baptis Selatan. Sudah jelas apa yang diharapkan dari saya setiap hari Minggu: saya harus ke gereja. Perkecualiannya? Mungkin kalau saya demam. Namun, terus terang saja, saya senang ke gereja, bahkan meskipun sedang demam. Namun, dunia berubah, dan jumlah jemaat yang rutin datang ke gereja tidak seperti dulu lagi. Tentu saja pertanyaannya, mengapa demikian? Jawabannya banyak dan beragam. Penulis Kathleen Norris menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang diterimanya dari seorang pendeta. Ketika ditanya, ”Mengapa kita pergi ke gereja?” pendeta itu menjawab, “Kita pergi ke gereja untuk orang lain, karena mungkin saja seseorang membutuhkan Anda di gereja.”