Sahabat Seumur Hidup
William Cowper (1731–1800), penyair asal Inggris, bersahabat dengan John Newton (1725–1807), pendetanya yang mantan pedagang budak. Cowper menderita gangguan depresi dan kecemasan, bahkan pernah mencoba bunuh diri lebih dari sekali. Manakala Newton mengunjunginya, mereka akan pergi berjalan-jalan sambil bercakap-cakap tentang Allah. Agar Cowper kembali berkreasi dan punya alasan untuk menulis puisi, sang pendeta terpikir untuk membuat buku nyanyian. Cowper pun menyumbangkan banyak lagu, termasuk “God Moves in a Mysterious Way” (Dengan Cara-Mu yang Ajaib, Nyanyian Rohani Methodist no. 135). Ketika Newton pindah ke gereja lain, persahabatannya dengan Cowper terus terjalin dan mereka berkorespondensi secara rutin hingga akhir hidup Cowper.
Dalam Tangan-Nya
William Shatner pernah berperan sebagai Captain Kirk dalam serial televisi Star Trek, tetapi ketika benar-benar melakukan perjalanan ke ruang angkasa, ia begitu terkesima. Ia menyebut penerbangan ruang angkasa sub-orbital yang dijalaninya selama sebelas menit itu sebagai “pengalaman paling luar biasa yang bisa saya bayangkan.” Setelah melangkah keluar dari roketnya, dengan terkagum-kagum Shatner bercerita, “Sungguh menakjubkan, bagaimana saya melihat warna biru melintas di depan mata dan sesudah itu, hanya ada warna hitam yang pekat. Kalau saya melihat ke bawah, ada warna biru di sana, dan warna hitam di atasnya.” Ia menambahkan, “Warna birunya indah dan begitu tipis, lalu lewat begitu saja dengan cepat.”
Makna Kehidupan
Penulis Jorge Luis Borges dari Argentina pernah menulis sebuah cerita pendek tentang Marcus Rufus, prajurit Romawi yang minum dari “sungai rahasia yang meluputkan orang dari maut”. Namun, Marcus akhirnya sadar bahwa keabadian tidaklah seindah yang ia bayangkan. Ia mendapati bahwa hidup tanpa akhir sama dengan hidup tanpa arti. Justru mautlah yang sesungguhnya memberikan makna bagi kehidupan. Marcus pun menemukan penawarnya—sebuah mata air yang jernih. Setelah minum dari mata air itu, ia menggoreskan duri pada tangannya, dan keluarlah setetes darah yang menandakan hidupnya tidak lagi abadi.
Kanker? Masih Ada Harapan!
Ketika vonis yang menakutkan itu dijatuhkan, ketika masa depan tampak suram dan serba tak pasti, masihkah kita memiliki pengharapan? Kalau iya, pengharapan apakah yang dapat kita jadikan pegangan di tengah pergumulan yang penuh ketidakpastian ini?
Ke TanganMu Kupasrahkan Putraku
Kisah luar biasa Vanessa dan putranya Gavin, yang menderita gangguan sistem saraf.
Dengarkanlah Lonceng Natal
“I Heard the Bells on Christmas Day” (Dengarkanlah Lonceng Natal, Nyanyian Pujian no. 52) adalah lagu Natal yang sungguh luar biasa. Lagu ini didasarkan pada puisi karya Henry Wadsworth Longfellow dari tahun 1863. Alih-alih bertutur tentang kegembiraan Natal seperti lazimnya, lagu itu justru menyuarakan ratapan, “Mungkin hati jadi cemas / Oleh bantahan yang keras / Di manakah sesungguhnya / Damai sejaht’ra di bumi?” Meski demikian, ratapan ini berubah menjadi pengharapan yang meyakinkan kita bahwa “Allah hidup berkuasa / Kejahatan digagalkan / Damai sejaht’ra di bumi.”