
Menemukan Kasih di dalam Allah
Ketika masih kecil, Ben ditanya, “Mau jadi apa kalau sudah besar nanti?” ia akan menjawab, “Aku mau jadi seperti Dave.” Dave adalah kakak laki-laki Ben yang bertubuh atletis, pandai bergaul, dan seorang pelajar teladan. Sebaliknya, Ben berkata tentang dirinya sendiri, ”Aku tidak pandai olahraga, pemalu, dan sangat sulit untuk belajar. Aku selalu ingin dekat dengan Dave, tapi ia tidak mau. Ia menyebutku anak yang membosankan.”
Kasih Tak Mengubah Masa Lalu, tapi Melapangkan Masa Depan
Dalam masa-masa sulit, bagaimana saya dapat melihat bahwa kasih itu bukan sekadar konsep atau jargon Kristen?

Tidak Ada Penilaian Palsu
Seorang pelanggan dari layanan berbagi tumpangan bercerita bahwa ia pernah dilayani oleh berbagai jenis pengemudi. Ada yang menyetir sambil makan buah yang berbau kurang sedap, ada yang sedang bertengkar dengan kekasihnya, dan ada pula yang mencoba mengajaknya ikut dalam investasi bodong. Meski sudah mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan itu, alih-alih memberikan penilaian buruk, ia justru memberikan lima bintang kepada para pengemudi tersebut. Ia menjelaskan, “Mereka tampaknya orang baik-baik. Saya tidak ingin mereka dikeluarkan dari aplikasi karena penilaian saya yang buruk.” Ia memberikan ulasan palsu, dengan menyembunyikan kebenaran dari para pengemudi tadi . . . dan juga orang lain.
Kasih Tak Mengubah Masa Lalu, tapi Melapangkan Masa Depan
Setelah Ayah meninggal, saya pikir saya bisa memulai kembali hidup dari nol. Saya rasa tindakan rekonsiliasi dan bakti yang saya lakukan selagi Ayah sakit sudah cukup membuktikan bahwa saya telah mengampuni dan mengasihi dia. Namun, dua tahun berselang, teror menyerang.

Pengendalian Diri yang Bijaksana
Setelah pihak Selatan menderita kekalahan telak di Gettysburg dalam Perang Saudara Amerika (1863), Jenderal Robert E. Lee memimpin pasukannya yang babak belur kembali ke wilayah Selatan. Namun, hujan deras membuat Sungai Potomac meluap sehingga menghalangi perjalanan pulang mereka. Presiden Abraham Lincoln mendesak Jenderal George Meade agar menyerang. Namun, pasukan Meade sama lelahnya dengan pasukan Lee, sehingga ia memutuskan untuk mengistirahatkan pasukannya.
