Penulis

Lihat Semua

Artikel oleh Alyson Kieda

Diciptakan untuk Satu Sama Lain

“Akulah yang mengurus semua keperluannya. Kalau ia bahagia, aku juga,” kata Stella. Merle berkata, “Aku senang selama ia ada di dekatku.” Merle dan Stella sudah menikah selama 79 tahun. Ketika Merle merana saat dirawat di panti jompo, Stella pun dengan senang hati membawanya pulang. Merle berusia 101 tahun dan Stella 95 tahun. Meskipun Stella membutuhkan alat bantu untuk berjalan, dengan penuh kasih ia masih melakukan apa yang dapat ia lakukan bagi suaminya, seperti menyiapkan makanan kesukaannya. Ada yang tidak dapat dilakukannya sendiri, tetapi cucu-cucu dan para tetangga datang membantu mengurusnya.

Mengenang

Pada momen Memorial Day (Hari Pahlawan di Amerika Serikat), saya teringat kepada para veteran militer, tetapi terutama kepada ayah dan paman saya yang pernah berjuang membela negara di Perang Dunia ke-2. Mereka berdua pulang dengan selamat dari medan perang, tetapi ada ratusan ribu keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka demi negara. Jika ditanya, ayah saya dan sebagian besar prajurit pada masa itu pasti berkata bahwa mereka rela menyerahkan nyawa demi melindungi orang-orang yang mereka kasihi dan membela apa yang mereka yakini sebagai hal yang benar.  

Kekuatan Dalam Penderitaan

Pada tahun 1948, seorang pendeta gereja bawah tanah bernama Harlan Popov diciduk dari rumahnya untuk “sekadar ditanya.” Dua minggu kemudian, ia diinterogasi sepanjang hari dan tidak diberi makan selama sepuluh hari. Setiap kali menyangkal sebagai mata-mata, ia dipukuli. Namun, Popov tidak hanya bertahan hidup setelah mengalami perlakuan kejam itu, tetapi juga membimbing para tahanan lainnya untuk mengenal Yesus. Sebelas tahun kemudian, ia akhirnya dibebaskan. Ia terus bersaksi tentang imannya kepada orang-orang dan baru dua tahun kemudian berhasil meninggalkan negaranya dan bersatu kembali dengan keluarganya. Setelah itu, selama bertahun-tahun ia aktif berkhotbah dan mengumpulkan dana untuk menyalurkan Alkitab ke negara-negara yang masih tertutup bagi iman Kristen. 

Perjumpaan Kembali

Dengan penuh semangat, anak kecil itu membuka kertas yang membungkus kado besar hadiah dari ayahnya, seorang tentara yang diyakininya tidak akan pulang ke rumah untuk merayakan ulang tahunnya. Dalam kotak tersebut ia menemukan sebuah kotak lain yang juga terbungkus kertas kado, dan di dalam kotak yang kedua itu, ada lagi kotak lain yang hanya berisi secarik kertas bertuliskan, “Kejutan!” Kebingungan, anak itu mendongak—tepat pada saat ayahnya memasuki ruangan. Anak itu langsung melompat dan berlari ke pelukan ayahnya, sambil berseru, “Ayah, aku kangen!” dan “Aku sayang Ayah!”

Setiap Orang Butuh Belas Kasihan

Ketika Jeff baru lulus kuliah, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan minyak ternama. Saat itu ia juga baru mengenal Kristus sebagai Juruselamatnya. Sebagai tenaga pemasaran, ia sering bepergian, dan dalam perjalanannya ia banyak mendengar kisah orang-orang yang sangat memilukan. Ia pun menyadari bahwa yang paling dibutuhkan oleh para pelanggannya bukanlah minyak, melainkan belas kasihan. Mereka membutuhkan Tuhan. Jeff terdorong untuk menempuh sekolah teologi agar bisa lebih memahami hati Allah dan kemudian ia pun terpanggil menjadi pendeta.

Air Pembawa Harapan

Tom dan Mark telah membawa kesegaran dalam hidup anak-anak yang mereka layani. Itu tampak jelas dalam video yang menampilkan sekelompok anak berpakaian lengkap yang menari-nari kegirangan di bawah pancuran air. Mereka mandi di pancuran untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Tom dan Mark bekerja sama dengan gereja-gereja di Haiti untuk memasang penyaring air pada sumur-sumur, supaya warga lebih mudah menikmati air bersih yang tidak lagi tercemar oleh bibit penyakit. Akses kepada air bersih telah memberikan harapan baru bagi warga setempat.

Sahabat Sejati

Saat duduk di bangku SMA, saya punya seorang teman yang “kadang-kadang berteman.” Kami “berteman baik” di gereja dan beberapa kali menikmati waktu bersama di luar sekolah. Namun, di sekolah, lain lagi ceritanya. Kalau kebetulan bertemu saya saat ia sedang sendirian, ia akan menyapa; tetapi hanya ketika tidak ada orang lain di sekitarnya. Menyadari hal itu, saya jarang berusaha menarik perhatiannya saat berada di lingkungan sekolah. Saya mengerti batas pertemanan kami.

Jauhi Saja!

Ali adalah remaja yang cantik, pintar, dan berbakat. Ia juga memiliki orangtua yang sangat sayang kepadanya. Namun selepas SMA, entah mengapa ia tergoda menggunakan heroin. Orangtuanya menyadari perubahan diri Ali dan mengirimnya ke pusat rehabilitasi setelah akhirnya Ali mengakui dampak heroin itu pada dirinya. Setelah menjalani perawatan, Ali ditanya orangtuanya tentang apa yang akan ia sampaikan kepada teman-temannya soal mencoba narkoba. Nasihat Ali: “Jangan coba-coba dan jauhi saja.” Ia menegaskan bahwa “mengatakan ‘tidak’ saja” belumlah cukup.

Warisan Iman

Jauh sebelum Billy Graham memutuskan untuk beriman kepada Kristus di usia enam belas tahun, kedua orangtuanya sudah setia mengikut Tuhan Yesus. Masing-masing dari mereka beriman saat bertumbuh dalam keluarga yang sudah percaya kepada Yesus. Setelah menikah, orangtua Billy meneruskan warisan iman itu dengan terus membimbing anak-anak mereka di dalam Tuhan, dengan bersama berdoa, membaca Alkitab, dan setia beribadah di gereja. Teguhnya dasar yang diletakkan oleh orangtua Graham dalam hidup Billy menjadi bagian dari cara Allah membawanya beriman dan kemudian menerima panggilan sebagai penginjil.