Meneliti dan Menerapkan
Brian ditugaskan menjadi penerima tamu di kebaktian pernikahan saudara laki-lakinya, tetapi ia tidak datang pada harinya. Sangat bisa dimengerti apabila keluarganya kecewa, termasuk Jasmine, saudara perempuannya yang bertugas membacakan bagian Alkitab hari itu. Jasmine pun berhasil membaca 1 Korintus 13 yang sudah umum dikenal tentang kasih. Namun, seusai acara, ayah Jasmine memintanya mengantarkan hadiah ulang tahun untuk Brian, tetapi ia menolak. Jasmine menyadari bahwa lebih sulit melaksanakan kasih daripada sekadar membacanya. Akan tetapi, sebelum hari itu berakhir, Jasmine berubah pikiran dan mengakui, “Aku tidak bisa cuma membaca bagian Alkitab tentang kasih, tetapi tidak menerapkannya.”
Perisai yang Melindungi Saya
Gereja kami mengalami kehilangan yang menyakitkan ketika Paul, pemimpin pujian yang sangat berbakat, meninggal dunia dalam usia tiga puluh satu tahun karena kecelakaan kapal. Paul dan istrinya, DuRhonda, sudah tidak asing lagi dengan penderitaan; beberapa kali janin dalam kandungan sang istri meninggal sebelum sempat dilahirkan. Sekarang, ada kubur baru di dekat makam anak-anak mereka. Peristiwa memilukan yang dialami keluarga itu sangat mengguncang orang-orang terdekat mereka.
Perkara Besar!
Pada tanggal 9 November 1989, dunia terperangah mendengar kabar runtuhnya Tembok Berlin. Tembok yang membagi dua kota Berlin di Jerman itu akhirnya runtuh, dan kota yang sudah terbelah selama dua puluh delapan tahun pun dipersatukan kembali. Meski pusat kebahagiaan itu ada di Jerman, tetapi seluruh dunia yang menyaksikan ikut bergembira. Perkara besar telah terjadi!
“Sekalipun”
Pada tahun 2017, kesempatan terbuka bagi kami untuk menolong para korban bencana Badai Harvey di Amerika Serikat di kota Houston. Awalnya kami hendak menguatkan mereka yang tertimpa musibah, tetapi dalam prosesnya, iman kami sendiri yang diuji dan dikuatkan saat kami mendampingi mereka di dalam gereja dan rumah mereka yang rusak oleh bencana.
Siap Dipulihkan
Saat ditempatkan di Jerman dalam dinas ketentaraan, saya membeli Volkswagen Beetle baru keluaran tahun 1969. Mobil yang sangat cantik! Eksteriornya yang berwarna hijau gelap begitu serasi dengan interior yang terbuat dari kulit berwarna coklat. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak hal mulai terjadi, termasuk sebuah kecelakaan yang merusak pijakan kaki dan menghancurkan salah satu pintu. Saya pernah berpikir, “Mobil klasik saya ini sangat perlu diperbaiki!” Jika saya mau mengeluarkan lebih banyak uang, saya pasti dapat memperbaikinya. Namun, hal itu tidak pernah terjadi.
Karya Pengalihan Allah
Sulit rasanya menerima jawaban “tidak” atau “belum”, terlebih ketika kita merasa Allah telah membukakan pintu pelayanan bagi kita. Di awal masa pelayanan saya, ada dua kesempatan yang saya pikir sesuai dengan karunia dan kemampuan saya, tetapi ternyata tertutup bagi saya. Setelah kekecewaan tersebut, timbul panggilan pelayanan lain, dan saya pun dipilih untuk mengisinya. Di sanalah saya menjalani tiga belas tahun pelayanan penggembalaan yang memberkati banyak jiwa.
Hadir dalam Badai
Api melahap habis rumah sebuah keluarga yang beranggotakan enam orang jemaat gereja kami. Walaupun ayah dan anak laki-lakinya selamat, sang ayah masih dirawat di rumah sakit ketika istri, ibu, dan dua anaknya yang masih kecil dimakamkan. Sayangnya, peristiwa-peristiwa memilukan hati seperti itu masih terus terjadi, lagi dan lagi. Ketika hal seperti itu terjadi, muncul pula pertanyaan yang terus-menerus ditanyakan manusia: Mengapa hal-hal buruk terjadi kepada orang-orang baik? Kita pun tidak lagi heran saat mendapati bahwa jawaban atas pertanyaan itu tidak selalu memuaskan.
Terbelenggu tetapi Tidak Diam
Pada musim panas tahun 1963, seorang aktivis hak asasi manusia, Fannie Lou Hamer, beserta enam orang kulit hitam lainnya berhenti untuk makan di sebuah kedai di Winona, Mississippi setelah semalaman menempuh perjalanan dengan bus. Setelah aparat penegak hukum mengusir mereka, mereka ditangkap dan dipenjarakan. Namun, penghinaan belum berakhir. Mereka semua dipukuli hingga babak belur, tetapi Fannie menderita yang terparah. Namun, setelah diserang secara brutal hingga hampir mati, ia justru menyanyi keras-keras, “Paulus dan Silas dalam penjara, biarkanlah umat-Ku pergi.” Ia tidak sendirian. Tahanan lain yang terbelenggu secara fisik tetapi yang bebas jiwanya pun ikut memuji bersamanya.
Tangan Allah yang Luar Biasa
Setelah terbang selama dua puluh menit dalam penerbangan dari New York ke San Antonio, penerbangan yang semula tenang mendadak berubah menjadi panik. Ketika salah satu mesin pesawat mati, serpihan-serpihan mesin menghantam jendela pesawat hingga menyebabkan kabin kehilangan tekanan udara. Yang menyedihkan, sejumlah penumpang terluka dan satu orang meninggal dunia. Jika bukan karena pembawaan pilot yang cakap dan tenang dalam mengendalikan pesawat—seorang penerbang pesawat tempur untuk Angkatan Laut—keadaan mungkin akan berakhir lebih buruk. Tajuk utama surat kabar lokal kami menulis: “Dalam Tangan yang Luar Biasa.”