Penulis

Lihat Semua
Bill Crowder

Bill Crowder

Bill Crowder bertanggung jawab untuk isi materi pengajaran. Ia telah menulis banyak buklet Discovery Series dan buku Discovery House Publishers. Bill dan istrinya, Marlene, memiliki lima anak dan beberapa orang cucu.

Artikel oleh Bill Crowder

Kresendo Tertinggi

Saya diajar orangtua untuk menyukai semua jenis musik—dari musik country hingga musik klasik. Jadi jantung saya berdegup kencang ketika memasuki Moscow Conservatory, salah satu gedung konser terbaik di Rusia, untuk mendengar penampilan Simfoni Nasional Rusia. Ketika konduktor memimpin para musisi untuk melantunkan karya Tchaikovsky yang luar biasa, alunan musiknya berangsur-angsur meninggi hingga tiba pada kresendo tertinggi dengan kuat—itulah klimaks musikal yang amat mendalam dan dramatis. Itu bagaikan suatu momen magis sehingga penonton pun serentak berdiri memberikan pujian.

Berani Berdiri Teguh

Teresa Prekerowa masih remaja ketika tentara Nazi menyerang tanah kelahirannya, Polandia, pada awal Perang Dunia ke-2. Masa itu merupakan permulaan terjadinya Holocaust, ketika para tetangganya yang berdarah Yahudi mulai menghilang karena ditangkap oleh Nazi. Teresa dan orang-orang sebangsanya lalu mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan tetangga-tetangga mereka dari ghetto di Warsawa dan pembersihan etnis yang dilakukan pihak Nazi. Kelak Teresa menjadi salah seorang sejarawan penting di bidang Perang Dunia dan Holocaust. Namun, keberaniannya untuk berdiri teguh menentang kejahatan besar itulah yang membuatnya mendapat penghormatan masuk dalam daftar Orang Baik dari Berbagai Bangsa yang tercatat pada Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem.

Apakah Arti Sebuah Nama?

“Gip” Hardin, seorang pengkhotbah gereja Methodis, menamai putranya John Wesley, mengikuti nama sang pengkhotbah terkenal. Nama itu mencerminkan harapan Gip atas anak laki-lakinya. Namun tragis, John Wesley Hardin kemudian memilih jalan yang menyimpang jauh dari tokoh iman yang agung itu. Hardin mengaku pernah membunuh 42 orang sehingga ia menjadi salah satu penjahat bersenjata dan buronan paling terkenal di wilayah barat Amerika pada akhir abad ke-19.

Sudut Pandang yang Sempurna

Ketika berada di London, seorang teman mengatur agar saya dan Marlene, istri saya, mengunjungi Sky Garden. Letaknya di lantai teratas dari sebuah gedung setinggi 35 tingkat di kawasan bisnis London. Sky Garden adalah sebuah ruangan besar berdinding kaca yang dipenuhi beragam tanaman, pepohonan, dan bunga. Namun, bagian sky (langit) sempat menarik perhatian kami. Kami menatap ke bawah dari ketinggian lebih dari 150 m, mengagumi Katedral St. Paul, Menara London, dan masih banyak lagi. Pemandangan ibu kota yang kami lihat itu sungguh membuat kami tak bisa berkata-kata sekaligus memberi kami pelajaran bermanfaat tentang sudut pandang.

Mempergunakan Waktu

“Orang Barat punya jam. Orang Afrika punya waktu.” Demikianlah peribahasa Afrika yang dikutip Os Guinness dalam bukunya Impossible People. Perkataan itu membuat saya merenungkan saat-saat ketika saya menanggapi permintaan seseorang dengan jawaban, “Maaf, aku tak punya waktu.” Saya terpikir tentang bagaimana saya ditindas oleh hal-hal yang terasa mendesak dan bagaimana jadwal serta tenggat mendominasi hidup saya.

Jam dan Tanggal

Ayah saya meninggal dunia pada usia 58 tahun. Sejak saat itu, di setiap tanggal kematiannya, saya akan mengambil waktu untuk mengenang dirinya dan merenungkan kembali pengaruh yang telah diberikannya dalam hidup saya. Ketika menyadari bahwa saya sudah hidup lebih lama tanpa dirinya daripada hidup bersama beliau, saya mulai merenungkan betapa singkatnya masa hidup saya sendiri.

Wanita Babushka

“Wanita Babushka” menjadi salah satu misteri yang menyelimuti peristiwa pembunuhan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy pada tahun 1963. Wanita misterius yang tertangkap kamera sedang merekam peristiwa tersebut ternyata tidak mudah untuk dikenali. Ia terlihat mengenakan mantel dan syal penutup kepala (mirip dengan yang biasa dikenakan kaum nenek di Rusia). Sampai saat ini, ia tidak pernah teridentifikasi dan hasil rekamannya tidak pernah diketahui keberadaannya. Selama puluhan tahun, pakar sejarah berspekulasi bahwa rasa takut telah menghalangi “Wanita Babushka” itu untuk menceritakan pengalaman- nya tentang hari yang kelabu tersebut.

Tak Dapat Ditarik Kembali

Ini bukan sekadar soal menyeberangi sungai. Secara hukum, tidak ada jenderal Romawi yang diizinkan untuk memimpin pasukan bersenjata masuk ke kota Roma. Jadi, saat Julius Caesar memimpin pasukannya menyeberangi sungai Rubicon dan memasuki Italia pada 49 sm, itu adalah suatu pengkhianatan. Dampak dari tindakannya tak bisa diputar kembali dan perang saudara selama bertahun-tahun pun terjadi hingga jenderal agung itu berkuasa mutlak atas Romawi. Sampai saat ini, istilah “menyeberangi Rubicon” melambangkan sesuatu yang “tidak dapat ditarik kembali”.

Berapa Lama Lagi?

Dalam karya klasik Lewis Carroll yang berjudul Alice in Wonderland, Alice bertanya, “Berapa lamakah selamanya itu?” Si Kelinci Putih menyahut, “Adakalanya, hanya sedetik.”