Sepanjang Masa
Sepanjang tahun 2016, sejumlah kelompok teater di Inggris dan di seluruh dunia mementaskan pertunjukan-pertunjukan khusus untuk memperingati 400 tahun wafatnya William Shakespeare. Banyak orang telah menghadiri berbagai konser, ceramah, dan festival yang diadakan untuk memperingati karya abadi dari seseorang yang dipandang luas sebagai penulis drama terbesar dalam kesusastraan Inggris. Ben Jonson, penulis sezaman Shakespeare, menulis tentang rekannya itu, “Ia tidak hanya hidup pada satu zaman, melainkan tetap hidup sepanjang masa.”
Tiruan yang Baik
Hari ini kita akan melakukan permainan Meniru,” kata guru Sekolah Minggu kepada anak-anak yang telah berkumpul untuk mendengarkan khotbahnya. “Aku akan menyebutkan sesuatu dan kalian memperagakannya. Siap? Ayam!” Anak-anak itu mengepak-ngepakkan lengan mereka, sambil berkotek dan berkeruyuk. Selanjutnya adalah kata gajah, kemudian pemain sepakbola, dan penari balet. Kata terakhir yang disebut adalah Yesus. Ketika banyak anak merasa bingung mendengar kata itu, seorang anak berusia 6 tahun dengan wajah yang berseri-seri segera merentangkan tangannya lebar-lebar dengan sikap menyambut. Semua orang yang ada di ruangan itu pun bertepuk tangan.
Marilah Kita
Ketika sedang mengantre di salah satu wahana yang populer di Disneyland, saya mengamati kebanyakan orang sedang mengobrol dan tersenyum. Mereka sama sekali tidak mengeluhkan antrean yang panjang. Saya jadi berpikir mengapa mereka bisa menikmati antrean panjang seperti itu. Saya rasa jawabannya adalah sangat sedikit dari mereka yang mengantre seorang diri. Sebaliknya, banyak dari mereka datang bersama teman, keluarga, kelompok, dan pasangan, sehingga mereka menikmati pengalaman itu bersama-sama. Tentu itu rasanya jauh berbeda jika dibandingkan dengan mengantre sendirian.
Membentuk Pikiran Anda
Ketika Marshall McLuhan menciptakan istilah “the medium is the message” (media adalah pesan itu sendiri) pada tahun 1964, komputer pribadi belum ditemukan, ponsel hanya ada dalam kisah-kisah fiksi, dan Internet belum ada. Sekarang kita memahami betapa tepatnya McLuhan meramalkan bagaimana cara berpikir kita dipengaruhi di era digital ini. Dalam buku The Shallows: What the Internet is Doing to Our Brains (Dangkal: Dampak Internet terhadap Otak Kita), Nicholas Carr menulis, “[Media] menyediakan bahan pemikiran, tetapi juga membentuk proses berpikir. Dan yang dilaku-kan Internet adalah mengikis kemampuan saya untuk berkonsentrasi dan merenung. Baik ketika sedang online atau tidak, sekarang pikiran saya menuntut untuk menyerap informasi seperti cara Internet menyebarluaskannya, yaitu dalam arus potongan-potongan kecil yang terus bergerak dengan sangat cepat.”
Lebih dari yang Kita Bayangkan
Apa sajakah lima mainan terbaik sepanjang masa? Jonathan H. Liu menyebutkan benda-benda berikut ini: Tongkat, kotak, tali, gulungan karton, dan tanah (dari kolom GeekDad di wired.com). Semua benda itu tersedia di mana-mana, serbaguna, cocok untuk segala usia, harganya terjangkau, bisa dikembangkan sebebas imajinasi kita, dan tidak diperlukan baterai untuk memainkannya.
Harga Tiket Masuk
Setiap tahun, sekitar dua juta orang dari seluruh penjuru dunia mengunjungi Katederal St. Paul di London, Inggris. Harga tiket masuknya sepadan dengan pengalaman menikmati bangunan megah yang dirancang dan dibangun oleh Sir Christopher Wren di akhir abad ke-17. Namun wisata bukanlah maksud utama dari tempat ibadah umat Kristen itu. Misi utama dari katedral tersebut adalah “memampukan orang-orang dari latar belakang mana pun untuk mengalami kehadiran Allah dalam Yesus Kristus yang mengubahkan hidup mereka.” Jika Anda ingin berwisata mengelilingi bangunan itu dan mengagumi arsitekturnya, Anda harus membayar tiket masuk. Namun untuk masuk dan mengikuti ibadah yang diadakan sepanjang hari di Katederal St. Paul, Anda tidak dikenai biaya apa pun.
Jalan di Tempat
Aba-aba dalam militer, “Jalan di tempat, grak!” mempunyai arti berjalan di tempat tanpa bergerak maju. Sikap itu menandakan suatu posisi jeda yang aktif dalam gerakan terarah ke depan sambil tetap bersiaga dan menantikan aba-aba selanjutnya.
Adakah yang Perlu Saya Ketahui?
Dalam salah satu konsernya, penyanyi sekaligus penulis lagu David Wilcox menjawab pertanyaan hadirin mengenai proses penciptaan lagu-lagunya. Ia menyebutkan ada tiga aspek dalam prosesnya: ruangan yang tenang, selembar kertas kosong, dan pertanyaan, “Adakah yang perlu saya ketahui?” Jawaban tersebut menggambarkan cara yang patut diikuti oleh para pengikut Yesus yang ingin mengetahui rencana Tuhan bagi hidupnya dari hari ke hari.
Pengingat Penting
Seorang antropolog bernama Anthony Graesch mengatakan bahwa bagian luar dari lemari es mengungkapkan sesuatu yang penting bagi kita. Dari penelitian tentang keluarga-keluarga di Los Angeles, Graesch dan para koleganya mencatat bahwa rata-rata ada 52 barang yang dipasang pada lemari es—antara lain, jadwal sekolah, foto keluarga, gambar buatan anak-anak, dan hiasan magnet. Graesch menyebut lemari es sebagai “gudang penyimpanan kenangan keluarga”.