Tikus yang Mengaum
Beberapa tahun lalu, saya berkemah bersama anak-anak lelaki saya selama beberapa hari di kawasan hutan Selway-Bitterroot di Idaho Utara, AS. Daerah ini merupakan habitat beruang cokelat, tetapi kami membawa semprotan pengusir beruang dan menjaga area perkemahan kami bersih, sehingga merasa cukup aman dari kemungkinan didatangi oleh beruang.
Bejana Tanah Liat Antik
Selama bertahun-tahun, saya mengoleksi beberapa bejana tanah liat antik. Yang paling saya sukai adalah bejana yang ditemukan pada sebuah situs yang berasal dari zaman Abraham. Penampakan bejana itu sendiri tidak begitu elok dilihat: kotor, retak-retak, gompal di sana-sini, dan perlu menggosoknya keras-keras agar kembali cemerlang. Saya menyimpannya untuk mengingatkan diri sendiri bahwa saya hanyalah manusia biasa yang terbuat dari tanah. Meskipun rapuh dan lemah, saya membawa harta yang tak ternilai harganya—Yesus. “Harta ini [Yesus] kami punyai dalam bejana tanah liat” (2Kor 4:7).
Kekurangan yang Direncanakan
Di sisi timur kota Yerusalem terdapat sebuah mata air alami yang pada zaman dahulu menjadi satu-satunya sumber air bagi penduduk kota. Namun, karena letaknya di luar tembok kota, mata air itu justru menjadi kelemahan kota Yerusalem yang terbesar. Sumber air yang berada di tempat terbuka berisiko menjatuhkan kota yang tidak tertembus oleh musuh itu apabila musuh dapat mengalihkan atau menutup aliran airnya.
Jalan yang Tidak Dikenal
Orang-orang bertanya apakah saya mempunyai rencana lima tahunan. Bagaimana mungkin saya merencanakan lima tahun ke depan sementara saya belum pernah menjalaninya?
Awas, Licin!
Bertahun-tahun lalu, saat sedang belajar bermain ski, saya mengikuti anak saya, Josh, menuruni lereng yang kelihatannya landai. Karena mata saya hanya tertuju kepadanya, saya tidak memperhatikan bahwa ia sedang menuruni bukit yang paling curam di gunung itu. Karena kaget dan tidak siap, saya pun meluncur tak terkendali di lereng curam tersebut dan jatuh hingga jungkir balik.
Roti dan Ikan
Seorang bocah lelaki pulang dari gereja dan bercerita dengan penuh semangat bahwa ia baru belajar tentang seorang anak laki-laki yang “bagi-bagi makanan.” Tentu saja yang ia maksud adalah seorang anak kecil yang memberikan roti dan ikannya kepada Yesus.
Bermain dengan Sukacita
Salah seorang putra kami, Brian, adalah pelatih bola basket di sebuah SMA. Suatu kali, saat timnya sedang berjuang dalam Turnamen Bola Basket Negara Bagian Washington, orang-orang yang mendukung mereka mengajukan pertanyaan, “Apakah kalian akan menjuarai turnamen tahun ini?” Pertanyaan itu membuat para pemain maupun pelatih merasa sangat terbebani, maka Brian kemudian menyemangati timnya dengan semboyan: “Bermain dengan sukacita!”
Datang dan Terimalah
Saya mengintip melalui pagar tanaman anggur yang mengelilingi halaman belakang rumah kami. Dari sana saya bisa melihat orang-orang yang sedang berlari, jogging, berjalan kaki, dan berjalan cepat mengitari jalur yang mengelilingi taman di belakang rumah kami. Saya pernah melakukan itu semua ketika saya masih kuat, pikir saya. Seketika itu juga gelombang ketidakpuasan melanda saya.
Tidak Seperti Kemarin
Saat cucu kami Jay masih kecil, orangtuanya memberinya kaus baru saat ia berulang tahun. Ia langsung memakainya dan dengan bangga mengenakannya seharian.