Tahun-Tahun yang Bermakna
Saat bersiap-siap menghadiri ibadah untuk mengenang ibu saya, saya berdoa agar saya mempunyai kata-kata yang tepat untuk menggambarkan tahun-tahun masa hidup beliau. Saya merenungkan saat-saat ketika hubungan kami sedang berjalan baik maupun renggang. Saya memuji Allah untuk hari yang indah ketika ibu saya mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya setelah melihat perubahan yang dikerjakan Allah dalam diri saya. Saya bersyukur kepada-Nya karena telah menolong kami bertumbuh bersama di dalam iman. Saya juga mengucap syukur untuk orang-orang yang telah bersaksi bagaimana ibu saya menguatkan dan mendoakan mereka sambil melimpahi mereka dengan kebaikan. Ibu saya yang tidak sempurna telah menjalani tahun-tahun yang bermakna, suatu kehidupan yang dijalani dengan baik bagi Tuhan Yesus.
Raja yang Tidak Terlihat
Pilgrim adalah pertunjukan musikal yang didasarkan pada The Pilgrim’s Progress, sebuah alegori tentang perjalanan hidup orang percaya. Dalam pertunjukan itu, semua kuasa tak kasatmata dalam dunia rohani diperlihatkan secara nyata kepada penonton. Tokoh Raja, yang mewakili Allah, hadir di atas panggung hampir di sepanjang pertunjukan. Sosok berpakaian putih itu dengan aktif menghalau serangan musuh, dengan lembut mendekap mereka yang menderita, dan mendorong orang-orang untuk melakukan kebaikan. Meski perannya sangat penting, Raja itu tidak terlihat secara fisik oleh tokoh-tokoh manusia di atas panggung. Mereka hanya dapat merasakan dampak dari perbuatannya.
Penyembahan yang Mengubahkan
Susy duduk menangis di luar unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit, karena hatinya diliputi gelombang ketakutan yang membuatnya tak berdaya. Paru-paru bayinya yang baru berusia dua bulan penuh dengan cairan. Dokter berkata bahwa mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan bayinya, tetapi tidak memberi jaminan. Susy berkata bahwa pada saat itu ia “merasakan dorongan yang manis dan lembut dari Roh Kudus, yang mengingatkannya untuk menyembah Allah.” Tanpa daya lagi untuk bernyanyi, Susy pun memutar lagu-lagu pujian dari ponselnya selama tiga hari berikutnya di rumah sakit. Saat menyembah, ia menemukan harapan dan kedamaian. Sekarang, ia menyatakan pengalaman itu mengajarkannya bahwa “penyembahan memang tidak mengubah Allah, tetapi pasti mengubah kita.”
Dengan Cara-Cara Sederhana
Ketika Elsie menderita kanker, ia sudah siap pulang ke surga untuk bertemu dengan Yesus. Namun, Elsie kemudian sembuh, tetapi penyakit itu membuatnya tidak lagi bisa berjalan dan ia pun bertanya-tanya mengapa Allah menyelamatkan nyawanya. Ia bertanya kepada Tuhan, “Kebaikan apa yang dapat kulakukan? Aku tidak punya banyak uang atau keterampilan, dan aku juga tidak bisa berjalan. Bagaimana aku bisa berguna bagi-Mu?”
Yesus Menghapus Noda Dosa
“Yang benar saja?!” saya berseru, sambil mengaduk-aduk mesin pengering untuk mencari kemeja saya. Saya menemukannya . . . dan juga sesuatu yang lain.
Benar-Benar Hidup
Ribuan orang mendoakan Pendeta Ed Dobson saat ia didiagnosis menderita ALS pada tahun 2000. Banyak yang meyakini bahwa saat mereka berdoa dalam iman meminta kesembuhan, Allah akan segera menjawab doa mereka. Setelah 12 tahun bergumul dengan penyakit yang membuat ototnya perlahan menyusut (dan tiga tahun sebelum kematiannya), Ed ditanya oleh seseorang mengapa Allah belum menyembuhkannya. “Memang tidak ada jawaban yang tepat, jadi saya pun tidak pernah bertanya,” jawabnya. Lorna, istrinya, menambahkan, “Jika kita selalu terobsesi harus mendapat jawaban, kita tidak akan pernah bisa benar-benar hidup.”
Allah Pelindung Kita yang Sejati
Setelah istrinya berpulang, Fred merasa sangat terbantu dalam menanggung kesedihannya manakala ia menikmati sarapan setiap Senin pagi bersama beberapa sahabatnya sesama pensiunan. Kebersamaan mereka sungguh membangkitkan semangatnya, sehingga setiap kali kesedihan melanda, Fred menanti-nantikan pertemuan berikutnya dengan mereka. Meja mereka di sudut restoran menjadi tempat perlindungannya dari rasa duka.
Saatnya Berpesta
Gereja kami dahulu di Virginia biasa melakukan pembaptisan di Sungai Rivanna. Air sungai itu sangat dingin, tetapi sinar matahari dapat membawa kehangatan. Seusai ibadah Minggu, kami berbondong-bondong naik mobil dan karavan untuk berangkat ke taman kota yang selalu padat dengan pengunjung yang bermain Frisbee dan anak-anak yang memenuhi wahana permainan. Kami pun menjadi tontonan banyak orang saat kami berjalan menuju sungai. Sambil berdiri dalam air yang membeku, saya membacakan ayat-ayat Kitab Suci dan membenamkan orang-orang ke dalam air untuk menerima baptisan yang menjadi ekspresi nyata dari kasih Allah. Saat mereka keluar dari air dalam keadaan basah kuyup, sorak-sorai dan tepuk tangan membahana. Setelah para penerima baptisan naik ke tepi sungai, sejumlah sahabat dan anggota keluarga mengerumuni dan memeluk mereka, sehingga semua orang jadi basah kuyup. Kemudian kami semua menyantap kue, minuman, dan makanan ringan. Para pengunjung taman yang melihat kami tidak selalu mengerti apa yang terjadi, tetapi mereka tahu bahwa itu adalah sebuah perayaan.
Alat Kebaikan
Setelah seorang penjahat ditangkap, penyidik bertanya mengapa ia nekat menyerang korbannya di hadapan banyak orang. Tanggapan si penjahat sangat mengejutkan: “Ah, saya tahu mereka tidak akan melakukan apa-apa; biasanya orang-orang akan diam saja.” Komentar itu menggambarkan apa yang disebut sebagai guilty knowledge—sikap yang memilih untuk mengabaikan sebuah tindak kejahatan yang Anda tahu sedang terjadi.