Selalu Mendampingi
Dengan gugup, Mi’Asya berjalan menuju mimbar untuk berpidato dalam upacara wisuda kelas 5 dengan disaksikan oleh 30 teman sekelasnya dan orangtua mereka. Sementara kepala sekolah menyesuaikan ketinggian mikrofon dengan tinggi badan Mi’Asya, ia justru berbalik membelakangi mikrofon dan hadirin. Orang-orang berusaha memberi Mi’Asya dorongan dengan membisikkan: “Ayo Nak, kamu bisa melakukannya.” Namun ia bergeming. Lalu seorang teman sekelas Mi’Asya berjalan ke depan dan berdiri di sisinya. Akhirnya Mi’Asya pun membacakan pidatonya bersama-sama sang kepala sekolah dan sahabat yang mendampinginya. Sungguh suatu contoh dukungan yang luar biasa!
Ikut Berseru
Kelompok persekutuan doa wanita di negara saya rutin meng-adakan kebaktian doa bulanan untuk mendoakan Ghana dan negara-negara Afrika lainnya. Saat ditanya mengapa mereka begitu setia mendoakan bangsa-bangsa, pemimpin persekutuan doa itu, Gifty Dadzie, berkata, “Lihatlah di sekeliling Anda, dengar dan tontonlah berita. Banyak bangsa yang sedang menderita—karena perang, bencana, penyakit, dan kekerasan—telah membutakan orang akan kasih Allah bagi umat manusia dan berkat yang dicurahkan-Nya kepada kita. Kami percaya Allah turut bekerja dalam pergumulan bangsa-bangsa, maka kami memuji Dia atas berkat-berkat-Nya dan berseru memohon campur tangan-Nya.”
Menantikan Allah
Suatu hari saya duduk bersama para penumpang lainnya dalam bus yang membawa kami ke ruang tunggu penerbangan selanjutnya. Tiba-tiba pengemudi bus mendapat perintah untuk berhenti sejenak. Karena waktu terbang sudah mepet, seorang penumpang tidak bisa menerima penundaan itu dan kehilangan kesabaran. Ia memarahi si pengemudi, memaksanya untuk mengabaikan perintah, bahkan mengancam akan menuntutnya. Tak lama kemudian, seorang petugas dari maskapai sambil berlari datang membawa sebuah koper. Dengan memandangi penumpang yang marah itu, si petugas menyo-dorkan koper yang dibawanya dan berkata, “Koper Anda ketinggalan. Saya dengar Anda akan menghadiri pertemuan penting, jadi saya pikir Anda pasti membutuhkan koper ini.”
Mampir Sebentar
Semasa saya kanak-kanak, keluarga kami melakukan perjalanan dari Ohio ke Virginia Barat setiap bulannya untuk mengunjungi orangtua dari ibu saya. Setiap kali kami tiba di depan pintu peternakan mereka, nenek akan menyambut kami dan berkata, “Ayo, mampir sebentar.” Itulah caranya mengajak kami masuk ke rumah-nya, menikmati waktu, dan bercengkerama sambil melepas rasa rindu.