Bersukacita di Masa Sukar
Setiap kali teman saya tidak menjawab panggilan telepon, ada mesin perekam suara yang meminta saya meninggalkan pesan. Di penghujung rekaman suaranya, ada pesan bernada riang, “Jadikan hari ini luar biasa!” Saat merenungkan kata-kata itu, saya menyadari bahwa kita tidak berkuasa menjadikan setiap hari “luar biasa”, karena adakalanya keadaan memang terlalu berat. Namun, jika mau melihat lebih dalam, bisa jadi saya akan menemukan sesuatu yang baik dan indah di hari itu, entah keadaan sedang baik-baik saja atau tidak.
Bertahan dengan Berani
Ketika sebagian besar pemimpin gereja di Jerman tunduk kepada Hitler, pendeta dan teolog Martin Niemöller termasuk segelintir orang yang berani menentang kejahatan Nazi. Saya ingat pernah membaca cerita tentang suatu hari di dekade 1970-an, ketika sekelompok orang tua Jerman berdiri di depan sebuah hotel besar, seorang lelaki yang terlihat lebih muda dari mereka semua terlihat sibuk mengurusi koper-koper. Seseorang bertanya tentang mereka. “Mereka para pendeta dari Jerman,” jawab seseorang. “Lalu, siapa pria yang lebih muda itu?” “Itu Martin Niemöller—umurnya sudah delapan puluh tahun. Namun, ia tetap terlihat muda karena ia tidak kenal takut.”
Lebih dari Sekadar Simbol
Dengan sengaja, bintang bola basket Jordan Bohannon dari Universitas Iowa memelesetkan tembakan bebas yang jika masuk dapat memecahkan rekor kampus yang sudah bertahan selama dua puluh lima tahun. Mengapa ia melakukannya? Pada tahun 1993, Chris Street, bintang bola basket dari kampus yang sama, berhasil mencetak rekor dengan tiga puluh empat kali tembakan bebasnya masuk berturut-turut. Namun, beberapa hari kemudian ia tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. Bohannon memilih menghormati kenangan terhadap Street dengan menolak memecahkan rekornya.
Teruslah Maju
Bekerja di dunia swasta membuat saya berinteraksi dengan banyak orang yang berbakat dan berpikiran sehat. Namun, saya menemui kesulitan dalam satu proyek yang dipimpin oleh manajer yang tinggal di luar kota. Meskipun tim kami menunjukkan perkembangan, si manajer terus saja mengkritik dan menuntut kami bekerja lebih keras dalam rapat via telepon yang kami lakukan tiap minggu. Komentarnya membuat saya tawar hati dan takut, bahkan sempat terpikir untuk mengundurkan diri saja.