Dibentuk dengan Saksama
Dalam sebuah video YouTube, Alan Glustoff, seorang petani keju di Goshen, New York, menjelaskan cara memfermentasi keju, suatu proses yang dilakukan untuk memberi rasa dan tekstur pada keju. Sebelum dapat dijual ke pasar, setiap blok keju disimpan dalam sebuah rak di gua bawah tanah selama enam hingga dua belas bulan. Dalam lingkungan yang lembab ini, keju tersebut diawasi dengan saksama. “Kami berusaha sedapat mungkin memberikan bagi keju itu lingkungan yang tepat untuk berkembang. . . [dan] mencapai potensinya yang paling maksimal,” jelas Glustoff.
Bahan Berbahaya
Suara sirene meraung-raung semakin keras saat sebuah mobil gawat darurat menyalip mobil saya. Terang lampu sirenenya yang berpendar menembus kaca depan mobil saya dan menerangi tulisan “Awas, bahan berbahaya” pada badan mobil itu. Belakangan saya baru tahu kalau truk tersebut sedang mengebut menuju sebuah laboratorium sains karena asam sulfat seberat 400 galon yang diangkutnya mulai bocor. Para petugas harus segera menampung zat tersebut karena kemampuannya merusak apa pun yang bersentuhan dengannya.
Ucapan Terima Kasih yang Tulus
Untuk mempersiapkan Xavier, putra kami, menghadapi wawancara kerja pertamanya, Alan, suami saya, memberikan setumpuk kartu ucapan terima kasih untuk dikirimkan kepada calon pemberi kerja setelah selesai wawancara. Suami saya lalu berpura-pura menjadi pewawancara dan mengajukan berbagai pertanyaan kepada Xavier. Selesai latihan, Xavier memasukkan beberapa lembar surat lamarannya ke dalam map. Ia tersenyum ketika Alan mengingatkannya tentang kartu ucapan itu. “Aku tahu, Ayah,” katanya. “Ucapan terima kasih yang tulus akan membuatku terlihat berbeda dari pelamar-pelamar yang lain.”
Antara Aku, Tuhan, dan Medsosku
Ketika media sosial telah menyita waktu dan pikiran kita, apakah menghindarinya menjadi solusi yang benar-benar tepat?
Menggenggam Terlalu Erat
Dalam fabel kuno The Boy and the Filberts (Nuts), seorang bocah laki-laki memasukkan tangannya ke dalam stoples berisi kacang dan meraup segenggam penuh isinya. Namun, tangannya terlalu penuh sehingga tersangkut di mulut stoples. Karena tidak rela kehilangan sebutir kacang pun, bocah itu mulai menangis. Pada akhirnya, ia dinasihati untuk membuka genggamannya dan melepaskan sebagian kacang supaya tangannya dapat keluar dari stoples. Memang, ketamakan dapat memberikan pelajaran yang pahit kepada kita.