Month: November 2019

Pengakuan dari Satu Pribadi

Ketika komponis legendaris Giuseppe Verdi (1813–1901) masih muda, kehausannya untuk diakui orang menjadi motivasinya meraih sukses. Warren Wiersbe pernah menulis, “Ketika Verdi menampilkan karya operanya yang perdana di kota Firenze, sang komponis berdiri seorang diri di bawah bayang-bayang dengan mata yang terus tertuju kepada wajah seseorang di bangku penonton—Rossini yang agung. Bagi Verdi, tidak penting baginya apakah para penonton bersorak atau mencemoohnya; yang terpenting baginya adalah senyum tanda pengakuan dari sang maestro.”

Si Anak Sulung

Penulis Henri Nouwen mengingat kembali kunjungannya ke sebuah museum di St. Petersburg, Rusia. Ia pernah menghabiskan waktu berjam-jam di sana merenungi lukisan karya Rembrandt tentang kisah anak yang hilang. Seiring berjalannya waktu, pergeseran dari cahaya matahari yang masuk melalui jendela ke arah lukisan membuat Nouwen seolah-olah melihat lukisan yang berbeda-beda akibat pencahayaan yang berubah-ubah. Setiap pergeseran seolah menyingkapkan hal baru tentang kasih seorang ayah kepada anak lelakinya yang terpuruk.

Beban yang Indah

Tiba-tiba saya terbangun di tengah malam yang gelap gulita. Saya baru terlelap kurang dari tiga puluh menit tetapi rasanya saya akan sulit untuk tidur lagi. Suami teman saya sedang terbaring di rumah sakit setelah menerima kabar yang menakutkan, “Kankernya kambuh lagi—sekarang menyerang otak dan tulang belakangnya.” Sekujur tubuh saya terasa sakit memikirkan mereka. Alangkah beratnya beban mereka! Namun, entah bagaimana, roh saya seperti disegarkan setelah saya berdoa semalaman. Bisa dikatakan saya merasakan beban yang indah untuk mereka. Bagaimana mungkin?

Berbuah Sampai Akhir

Sekalipun Lenore Dunlop “baru” berusia sembilan puluh empat tahun, pikirannya masih tajam, senyumnya lebar, dan kecintaannya yang meluap-luap kepada Yesus dapat dirasakan oleh banyak orang. Bukan hal aneh melihatnya duduk dengan anak-anak muda di gereja kami; kehadiran dan keterlibatannya membawa semangat serta sukacita bagi banyak orang. Semangat hidup Lenore begitu tinggi sehingga kematiannya membuat semua orang terkejut. Seperti pelari yang kuat, ia berlari cepat melewati garis akhir kehidupan. Energi dan gairahnya begitu meluap-luap, hingga beberapa hari sebelum kematiannya, ia baru saja menyelesaikan pelatihan sepanjang enam belas minggu tentang pelayanan pekabaran Injil kepada orang-orang di berbagai belahan dunia.

Hasrat Sejati yang Terdalam

Seekor tikus bersuara melengking, Reepicheep, mungkin adalah tokoh paling pemberani dalam serial The Chronicles of Narnia. Ia terjun ke medan perang sambil mengayunkan pedang mungilnya. Ia tidak takut saat kapal Dawn Treader membawanya berlayar menuju Pulau Kegelapan. Apa rahasia keberanian Reepicheep? Ia memendam kerinduan yang sangat mendalam untuk masuk ke negeri Aslan. “Itulah hasrat hatiku,” katanya. Reepicheep tahu betul apa yang diinginkannya, dan keinginannya itu membawanya bertemu dengan rajanya.