Kita Bukan Tuhan
Dalam buku Mere Christianity, C. S. Lewis menyarankan kita agar merenungkan beberapa pertanyaan untuk menyelidiki apakah sebenarnya kita angkuh atau tinggi hati: “Seberapa besar rasa tidak suka saya ketika orang lain menolak saya, atau tidak menghiraukan saya, . . . atau memandang rendah saya, atau menyombongkan diri di depan saya?” Lewis memandang keangkuhan sebagai sifat “yang terburuk dari yang buruk” dan penyebab utama kesengsaraan dalam rumah tangga dan negara. Ia menyebutnya sebagai “kanker jiwa” yang membuat seseorang sama sekali tidak bisa mengasihi, merasa puas, atau bahkan menggunakan akal sehatnya.
Ingat untuk Menyanyi
Nancy Gustafson, seorang penyanyi opera yang telah pensiun, merasa sangat sedih ketika menjenguk ibunya yang menderita demensia. Sang ibu tidak lagi mengenali Nancy dan hampir tidak pernah berbicara. Setelah berkunjung beberapa kali, tiba-tiba Nancy mendapat ide. Ia mulai bernyanyi untuk ibunya. Mata sang ibu berbinar-binar begitu mendengar suara musik, bahkan ia mulai ikut menyanyi—selama dua puluh menit! Kemudian ibu Nancy tertawa, dan mengatakan dengan bercanda bahwa mereka adalah “Duet Keluarga Gustafson!” Seperti yang disimpulkan oleh sejumlah terapis, titik balik yang dramatis ini menunjukkan bagaimana musik memiliki kekuatan untuk memunculkan kembali memori yang hilang. Menyanyikan “lagu-lagu favorit” juga terbukti dapat memperbaiki suasana hati, memperkecil risiko jatuh, mengurangi kunjungan ke UGD, dan menurunkan kebutuhan akan obat-obat penenang.
Yesus, Gembala Kita yang Sejati
Karakter gembala dalam Mazmur 23 akan membuat kita terhibur dan tidak cemas menghadapi situasi tak menentu dan bencana yang menerpa hari-hari ini. Apa rahasia agar kita kuat dalam situasi sulit itu?
Yesus, Gembala Kita yang Sejati
Kitab Suci mengungkap rahasia agar kita kuat menghadapi situasi tak menentu dan bencana yang menerpa hari-hari ini. Apa rahasianya?
Solusi Nekat
Di penghujung abad ketujuh belas, William Oranye memutuskan untuk membanjiri sebagian besar daratan negerinya dengan sengaja. Sang Raja Belanda terpaksa menempuh solusi nekat itu sebagai upaya untuk mengusir tentara Spanyol yang hendak menyerang. Namun, usaha itu tidak berhasil, bahkan sejumlah besar tanah pertanian yang subur menjadi hilang ditelan lautan. Ini seperti ungkapan, “Untuk masa yang kritis dibutuhkan solusi yang nekat.”