Month: April 2021

Kasih Tanpa Kehadiran: Mungkinkah?

Bagaimana saya bisa memperhatikan kepentingan orang lain, sementara saya memilih berdiam di rumah? Apakah kasih bisa dipraktikkan, meski tanpa bertemu langsung? Apakah ucapan “saya akan mendoakanmu” atau “kita doakan” sebagai respons dari kondisi teman yang sedang kesusahan, berarti mempraktikkan kasih? Atau hanya sekadar ucapan kosong belaka, untuk menghibur hati yang gundah gulana dan menjadi jalan keluar dari keengganan mengunjungi sesama?

Perlindungan bagi yang Tertolak

George Whitefield (1714–1770) adalah salah seorang pengkhotbah paling berbakat dan berhasil sepanjang sejarah, dan ia telah membawa ribuan orang untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Meski demikian, hidupnya tidak lepas dari kontroversi. Pilihannya untuk berkhotbah di tempat terbuka (agar bisa dihadiri sejumlah besar orang) terkadang dikritik oleh pihak-pihak yang mempertanyakan motivasinya dan merasa bahwa Whitefield seharusnya berkhotbah di dalam gedung gereja saja. Perkataan Whitefield tentang tulisan pada batu nisannya kelak menjadi tanggapannya terhadap kritikan yang diterimanya: “Dengan sabar saya akan menunggu hingga Hari Penghakiman untuk membersihkan nama baik saya; dan setelah mati, saya tidak menghendaki tulisan pada batu nisanku kecuali ini, ‘Di tempat ini terbaring George Whitefield—seperti apa sesungguhnya dirinya kelak akan diketahui pada hari yang agung itu.’”

Kasih yang Mengekang

Sebagian besar pemuda Samoa diberi tato sebagai tanda tanggung jawab kepada masyarakat dan kepala suku mereka. Namun, ketika para pemain rugbi dari Samoa berkunjung ke Jepang, negara yang sebagian masyarakatnya melihat tato secara negatif, mereka menyadari bahwa simbol itu bisa menimbulkan masalah. Demi memelihara hubungan baik, para pemuda Samoa itu pun mengenakan kain panjang berwarna kulit pada lengan untuk menutupi tato mereka. “Kami menghormati dan menghargai budaya Jepang,” kata kapten tim Samoa. “Kami harap usaha kami dapat mereka terima.”

Kapan Pun, Di Mana Pun

Pada tanggal 28 Januari 1986, pesawat ulang alik Challenger milik Amerika Serikat meledak tujuh puluh tiga detik setelah lepas landas. Dalam pidato untuk menguatkan bangsanya yang berduka karena tragedi itu, Presiden Reagan mengutip puisi “High Flight” karya John Gilespie Magee, seorang pilot pada masa Perang Dunia II. Dalam puisi itu, ia menulis tentang pergi ke “angkasa tinggi yang suci dan tak terlampaui” dan merasa sedang mengulurkan tangan, hendak menyentuh “wajah Tuhan.”

Persaudaraan dalam Kristus

Studi Perkembangan Orang Dewasa yang dilakukan oleh Universitas Harvard merupakan penelitian yang sudah berjalan selama beberapa dekade. Hasil proyek tersebut memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya jalinan hubungan yang sehat antarmanusia. Riset dimulai dari 268 mahasiswa tingkat dua Universitas Harvard pada dekade 1930-an dan kemudian meluas hingga mencakup, antara lain, 456 warga kota Boston. Para peneliti mewawancarai para peserta dan meneliti catatan medis mereka setiap beberapa tahun sekali. Mereka menemukan bahwa ternyata hubungan yang erat dengan orang lain menjadi faktor terbesar yang menentukan kebahagiaan dan kesehatan. Ternyata, besar kemungkinan kita akan merasakan sukacita yang lebih mendalam apabila hidup kita dikelilingi oleh orang-orang yang tepat.