Inilah Kasih Karunia
Kisah Les Misérables dibuka dengan adegan Jean Valjean, narapidana yang bebas bersyarat, mencuri benda-benda perak milik seorang pastor. Ia tertangkap dan mengira dirinya akan dijebloskan kembali ke penjara. Namun, sang pastor mengagetkan semua orang dengan berkata bahwa ia sudah memberikan benda-benda berharga itu kepada Valjean. Setelah polisi pergi, ia berpaling kepada si pencuri, “Sekarang kamu bukan lagi milik kejahatan, tetapi milik kebaikan.”
Bersembunyi dari Allah
Saya memejamkan mata dan mulai menghitung keras-keras. Teman-teman saya di kelas tiga SD itu bergegas keluar untuk mencari tempat persembunyian. Setelah lama mencari di setiap lemari, peti, dan ruangan, saya belum juga menemukan mereka. Rasanya konyol sekali saat akhirnya ada yang melompat dari balik pot tanaman pakis yang menggantung pada langit-langit. Padahal hanya kepalanya saja yang tertutup pakis, sementara tubuhnya terlihat jelas selama ini!
Tahun Baru, Tetapi Hati Ragu?
Mungkin Anda mulai bertanya-tanya, apa bedanya tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya? Harapan yang sempat membubung di awal tahun mungkin mulai menipis. Firman Tuhan apa yang perlu kita ingat, ketika keraguan dan kekhawatiran mulai terlintas di dalam hati kita?
Memberi Selagi Masih Hidup
Seorang pengusaha sukses memutuskan untuk membagi-bagikan hartanya dalam beberapa dekade terakhir hidupnya. Sebagai seorang miliuner, ia mendonasikan uang kepada berbagai gerakan sosial, seperti usaha menciptakan perdamaian di Irlandia Utara dan upaya modernisasi sistem perawatan kesehatan di Vietnam. Tak lama sebelum meninggal dunia, ia mendonasikan 350 juta dolar untuk menjadikan Pulau Roosevelt di kota New York sebagai pusat pengembangan teknologi. Beliau berkata, “Saya percaya kita harus memberi selagi masih hidup. Tidak ada alasan untuk menunda-nunda dalam memberi . . . Lagi pula, lebih bahagia memberi selagi masih hidup daripada setelah meninggal.” Memberi selagi masih hidup adalah sikap yang luar biasa.
Senang Belajar
Ketika ditanya bagaimana awal mulanya ia menjadi wartawan, seorang pria bercerita tentang tekad kuat sang ibu agar ia dapat meneruskan pendidikannya. Setiap kali naik kereta bawah tanah, ibunya mengumpulkan koran yang ditinggalkan oleh para penumpang dan memberikan koran-koran itu kepadanya. Selain menikmati berita olahraga, koran-koran itu juga menyajikan pengetahuan tentang dunia, yang kemudian membuka pikirannya kepada banyak hal baru.