Month: April 2022

Yang Terpenting

Seorang teman bercerita bagaimana ia ditanya oleh rekan sekantornya yang sama-sama orang percaya tentang pilihan politiknya. Tujuan pertanyaan itu sepertinya untuk mengetahui apakah teman saya sepandangan dengannya mengenai beberapa topik yang saat ini membuat retak komunitas mereka. Demi mendapatkan jalan tengah, teman saya menjawab, “Karena kita sama-sama orang percaya, saya memilih untuk berfokus pada kesatuan kita dalam Kristus.” 

Bersyukur di Hari Bumi

Hari Bumi dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 22 April. Belakangan, lebih dari satu miliar orang di sekitar dua ratus negara ikut serta dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelayanan. Hari Bumi mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga planet kita yang luar biasa ini. Namun, perintah untuk memelihara lingkungan telah ada jauh sebelum perayaan tahunan ini, yaitu sejak awal penciptaan alam semesta. 

Benar-Benar Hidup

Karena Paskah baru berlalu satu minggu, putra kami yang berumur lima tahun, Wyatt, telah mendengar banyak pembicaraan tentang kebangkitan. Ia selalu punya banyak pertanyaan—dan biasanya pertanyaan yang sulit-sulit. Suatu saat, saya sedang mengemudi dan ia duduk di jok belakang dengan sabuk terpasang. Wyatt kelihatan berpikir keras sambil memandang ke luar jendela. “Ayah,” katanya, berhenti sejenak dan bersiap mengajukan pertanyaan sulit. “Waktu Tuhan Yesus bangkitkan kita, apa kita benar-benar hidup, atau cuma hidup di pikiran kita?”

Klitih: PR Besar bagi Orangtua

Fenomena “klitih” begitu meresahkan akhir-akhir ini, terutama di kalangan remaja. Apa sih klitih dan mengapa itu bisa terjadi? Bagaimana peran kita sebagai orangtua?

Mengambil Risiko untuk Mengasihi

Setelah seorang sahabat mengakhiri persahabatan kami yang sudah terjalin selama sepuluh tahun tanpa penjelasan apa-apa, saya kembali kepada kebiasaan lama dan menjaga jarak dengan orang lain. Dalam proses menyembuhkan luka hati itu, saya membaca buku The Four Loves (Empat Jenis Kasih) karya C. S. Lewis. Menurut Lewis, kasih membutuhkan kerentanan. Ia berkata, “tidak ada jaminan yang aman” ketika seseorang mengambil risiko untuk mengasihi. Ia berpendapat, mengasihi “apa pun [akan membuat] hati tersayat dan mungkin saja hancur.” Kata-kata itu mengubah cara pandang saya terhadap peristiwa ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya (Yoh. 21:1-14), yang terjadi setelah Petrus menyangkal Dia bukan hanya satu kali, tetapi sampai tiga kali (18:15-27).