Month: Oktober 2022

Kesempatan untuk Bersinar

Pada bulan Maret 2020, ketika mengajak anjingnya berjalan-jalan di Central Park, New York, Whitney, seorang pensiunan pakar keuangan, melihat truk, tumpukan terpal, dan tenda-tenda putih yang dibubuhi tanda salib dan nama sebuah organisasi amal yang belum pernah didengarnya. Ketika ia tahu bahwa mereka sedang membangun rumah sakit darurat untuk penduduk New York yang terkena COVID-19, ia bertanya apakah ia boleh membantu. Selama berminggu-minggu, meski berbeda aliran keyakinan dan politik, ia dan keluarganya membantu semampu mereka. Whitney berkata, “Semua orang yang saya temui sangat baik.” Ia juga kagum saat mengetahui bahwa setiap orang di sana melayani dengan sukarela untuk “menolong kota kami saat kami sangat membutuhkannya.”

Berharap kepada Allah

Menjelang masa libur hari raya, biasanya pengiriman paket sering mengalami penundaan karena pemesanan lewat daring tiba-tiba melonjak. Saya ingat suatu masa ketika keluarga saya memilih pergi ke toko untuk berbelanja karena tahu kami tidak dapat mengandalkan pengiriman lewat pos. Meski demikian, ketika ibu saya berlangganan sebuah akun yang dilengkapi layanan pengiriman yang lebih cepat, ekspektasi itu berubah. Sekarang dengan jaminan pengiriman dua hari, kami terbiasa menerima barang-barang dengan cepat, dan merasa frustrasi jika terjadi keterlambatan.

Ketika Kelemahan Menjadi Kekuatan

Dua tahun lamanya Drew dipenjara karena melayani Tuhan Yesus. Ia pernah membaca kisah-kisah para misionaris yang terus merasakan sukacita selama di penjara, tetapi ia mengaku bahwa bukan itu yang ia rasakan. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa Allah telah salah memilih orang untuk menderita bagi-Nya. Namun, sang istri menjawab, “Tidak. Menurutku, Dia justru memilih orang yang tepat. Ini pasti bukan kebetulan.”

Demi Kepentingan Injil

Pada tahun 1916, Nelson baru saja lulus dari Fakultas Kedokteran di Virginia, Amerika Serikat, tempat kelahirannya. Di tahun yang sama, ia dan istri yang dinikahinya enam bulan sebelumnya, tiba di Tiongkok. Pada usia dua puluh dua tahun, ia menjadi dokter bedah di Love and Mercy Hospital, satu-satunya rumah sakit di daerah yang berpenduduk tidak kurang dari dua juta orang. Nelson dan keluarganya tinggal di sana selama dua puluh empat tahun, memimpin rumah sakit, melakukan tindakan operasi, dan mengabarkan Injil kepada ribuan orang. Nelson Bell semula dijuluki “iblis asing” oleh mereka yang mencurigai orang asing, tetapi ia akhirnya dikenal sebagai “The Bell (Lonceng) yang Mengasihi Orang-orang Tiongkok.” Putrinya, Ruth, kelak menikah dengan penginjil bernama Billy Graham.