Diampuni dan Mengampuni
Enam renungan Santapan Rohani ini dapat menolong Anda merenungkan arti pengampunan.
Ingat untuk Memuji
Ketika gedung gereja kami yang pertama masih dibangun, jemaat menuliskan ucapan syukur sebagai pengingat pada kerangka dinding dan lantai beton sebelum bagian dalam gedung selesai dikerjakan. Jika Anda melepaskan lapisan penutup dinding dari kerangkanya, Anda akan menemukan tulisan-tulisan itu di sana. Ayat-ayat Kitab Suci ditulis di samping ungkapan-ungkapan pujian seperti “Tuhan, Engkau sangat baik!” Kami membiarkan tulisan- tulisan itu tetap di sana sebagai kesaksian bagi generasi mendatang, bahwa terlepas dari berbagai tantangan yang kami hadapi, Allah telah begitu baik dan memelihara kami.
Kasih yang Lebih Besar
Hanya beberapa hari sebelum Pekan Suci, ketika umat Kristen di seluruh dunia mengenang pengorbanan Yesus dan merayakan kebangkitan-Nya, seorang teroris menyerbu sebuah supermarket di barat daya Prancis. Ia melepaskan tembakan dan membunuh dua orang. Setelah negosiasi, si teroris melepaskan semua sandera kecuali satu orang, dan menjadikannya sebagai tameng. Menyadari bahaya yang mengancam, petugas polisi Arnaud Beltrame melakukan hal yang tidak terbayangkan: mengajukan diri untuk menggantikan posisi wanita yang tersandera tadi. Si teroris pun melepaskan sang wanita, tetapi dalam pergumulan yang terjadi kemudian, Beltrame terluka dan tewas.
Memulihkan Hubungan
Ketika masih muda, saya dan saudara perempuan saya sering bertengkar. Namun, ada satu momen yang terpatri dalam ingatan saya. Setelah kami saling melontarkan perkataan yang menyakitkan, ia mengucapkan sesuatu yang tidak termaafkan saat itu. Melihat kebencian di antara kami makin meningkat, nenek kami mengingatkan tanggung jawab kami untuk saling mengasihi. “Allah memberimu seorang saudara perempuan dalam hidup ini. Kalian harus lebih menghargai satu sama lain,” kata beliau. Ketika kami akhirnya meminta Allah untuk memenuhi hati kami dengan kasih dan pengertian, Dia menolong kami mengakui bagaimana kami telah saling menyakiti, dan sekarang harus saling mengampuni.
Terus Menanjak
Christina Rossetti, seorang penyair dan penulis renungan, telah menjalani kehidupan yang sulit. Sepanjang hidupnya, ia pernah mengidap depresi dan berbagai penyakit, bahkan beberapa kali pertunangannya kandas. Akhirnya, ia meninggal dunia karena kanker.