Air Mata Syukur
Bertahun-tahun lalu, saya pernah merawat ibu saya yang dirawat secara paliatif. Saya bersyukur atas empat bulan yang Allah berikan kepada saya untuk dapat merawat beliau. Saya juga meminta-Nya untuk menolong saya melewati masa duka. Sering kali saya bergumul untuk dapat memuji Allah di tengah gejolak emosi yang saya rasakan. Namun, saat ibu saya mengembuskan napas terakhir dan saya menangis tak terkendali, saya bisa membisikkan “Haleluya.” Saya sempat merasa bersalah karena bersyukur kepada Allah dalam momen duka itu, tetapi bertahun-tahun kemudian, pemahaman saya berubah setelah saya merenungkan Mazmur 30 dengan lebih dalam.
Allah Berbicara kepada Kita
Suatu hari, saya menjawab panggilan telepon dari nomor tidak dikenal. Sering kali, saya membiarkan panggilan seperti itu masuk ke kotak suara, tetapi kali itu saya mengangkatnya. Penelepon itu bertanya dengan sopan apakah saya punya waktu sebentar untuk mendengarkannya membagikan firman Tuhan secara singkat. Ia mengutip Wahyu 21:3-5 tentang Allah yang “akan menghapus segala air mata dari mata mereka.” Ia berbicara mengenai Yesus sebagai jaminan dan pengharapan kita. Saya memberi tahunya bahwa saya sudah mengenal Yesus sebagai Juruselamat pribadi saya. Namun, sang penelepon tidak hendak “bersaksi” kepada saya. Ia hanya bertanya apakah ia dapat mendoakan saya. Itulah yang kemudian dilakukannya, berdoa untuk meminta Allah memberi saya dorongan dan kekuatan.
Raihlah Peluang yang Ada
Sambil menunggu masa perkuliahan dimulai, Shin Yi yang berusia dua puluh tahun memutuskan untuk mengisi tiga bulan waktu liburannya dengan melayani bersama suatu lembaga misi kaum muda. Keputusan itu sepertinya diambil pada waktu yang tidak tepat, mengingat pembatasan sosial semasa COVID-19 yang mencegah diadakannya pertemuan tatap muka. Namun, Shin Yi segera menemukan jalan. “Kami tidak dapat bertemu anak-anak muda itu di jalanan, di pusat perbelanjaan, atau pujasera seperti biasa,” ia bercerita. “Namun, kami terus menjaga hubungan dengan anak-anak muda Kristen lewat Zoom untuk saling mendoakan, dan melayani mereka yang belum percaya melalui telepon.”
Kekuatan dalam Kelemahan
Ketika putra saya hampir berusia tiga tahun, saya harus menjalani operasi dengan masa pemulihan kurang lebih satu bulan. Sebelum menjalani tindakan, saya membayangkan diri saya terbaring di tempat tidur sementara tumpukan piring kotor memenuhi bak cuci. Saya tidak yakin bisa merawat seorang balita yang sedang aktif-aktifnya atau berdiri di depan kompor untuk memasak bagi keluarga. Saya khawatir kelemahan tubuh saya akan mempengaruhi ritme kehidupan kami semua.
Stiker WhatsApp Spesial Paskah
Semarakkan ucapan dan pesan Paskah Anda dengan menggunakan stiker WhatsApp spesial!