Buku - Bijak Mengelola Uang
Buku - Bijak Mengelola Uang
Kekuatan untuk Sehari-hari
Every Moment Holy (Setiap Momen Sakral) adalah buku kumpulan doa yang indah untuk beragam aktivitas, termasuk kegiatan sederhana seperti memasak atau mencuci pakaian. Itulah tugas-tugas yang perlu dilakukan, tetapi bisa terasa seperti rutinitas yang membosankan. Buku doa tersebut mengingatkan saya kepada kata-kata penulis G. K. Chesterton, “Orang biasa berdoa sebelum makan. Itu baik. Namun, saya berdoa sebelum menggambar sketsa, melukis, berenang, bermain anggar, bertinju, berjalan kaki, bermain, menari, dan sebelum mencelupkan pena ke dalam tinta untuk menulis.”
Habis Selingkuh, Terbitlah . . .
Aku tertegun, syok. Ketika wanita yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri ini meneleponku karena ada hal yang ingin ia ceritakan, tak sedikitpun aku mengira bahwa masalahnya adalah ini.
Air yang Dalam
Pada tahun 1992, Bill Pinkney berlayar seorang diri mengelilingi dunia dan menempuh rute yang sulit dengan mengitari sejumlah tanjung besar di belahan bumi selatan yang berbahaya. Ia melakukannya demi suatu maksud mulia, yaitu untuk mengilhami dan mendidik anak-anak, termasuk murid-murid di bekas sekolah dasarnya di kawasan kumuh kota Chicago. Tujuannya? Untuk menunjukkan seberapa jauh mereka dapat melangkah jika mereka tekun belajar dan memegang komitmen—kata yang digunakan Bill untuk menamai kapalnya. Saat Bill membawa anak-anak sekolah berlayar di atas kapal Komitmen, ia berkata, “Saat memegang tangkai kemudi kapal itu, mereka belajar tentang arti kendali, pengendalian diri. Mereka belajar tentang kerja sama tim . . . semua hal dasar yang dibutuhkan seseorang dalam hidup untuk mencapai sukses.”
Bertanggung Jawab atas Dosa
Kedua mata teman saya menunjukkan apa yang saya sendiri rasakan—ketakutan! Sebagai remaja, kami sudah berperilaku buruk dan sekarang kami menciut gemetaran di hadapan ketua kamp remaja yang kami ikuti. Pria tersebut, yang mengenal baik masing-masing ayah kami, berkata dengan penuh kasih tetapi tegas tentang betapa kecewanya ayah kami nanti. Ingin rasanya kami merangkak ke bawah meja, karena merasakan besarnya tanggung jawab atas pelanggaran kami.
Habis Selingkuh, Terbitlah . . .
*diceritakan kembali oleh Maria Goretti
“Mbaaak… aku selingkuh!”
Pengakuan itu disampaikan dengan cucuran airmata dan isak tangis histeris. Aku tertegun, syok. Ketika…