Menjadi Gereja
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, Dave dan Carla menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencari gereja tetap. Mereka rindu bersekutu dengan jemaat Tuhan lainnya, tetapi protokol kesehatan yang membatasi pertemuan tatap muka semakin menyulitkan mereka. Dalam surelnya Carla menulis, “Itu benar-benar waktu yang sulit untuk menemukan gereja.” Dalam diri saya timbul kesadaran bahwa saya juga rindu untuk kembali dipersatukan dengan keluarga rohani saya di gereja. Saya menanggapi dengan berkata, “Ini waktu yang sulit untuk menjadi gereja.” Pada masa yang penuh perubahan itu, gereja kami menyikapinya dengan membagi-bagikan makanan kepada lingkungan sekitar, melakukan ibadah daring, dan menelepon setiap anggota jemaat untuk memberikan dukungan dan doa. Meski saya dan suami ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tersebut, kami tetap bertanya-tanya apa lagi yang dapat kami lakukan untuk “menjadi gereja” di tengah dunia yang berubah ini.
Rekahan Senyum di Balik Bukit
Hidup di daerah yang sulit dijangkau dan belum teraliri listrik bukanlah kehidupan yang mudah untuk dijalani.
Prasangka dan Kasih Allah
“Ternyata kau tidak seperti yang kukira. Kupikir tadinya aku akan membencimu, tapi ternyata tidak.” Perkataan pemuda itu terdengar kasar, tetapi sebenarnya ia justru berusaha bersikap ramah. Saat itu saya sedang menuntut ilmu di negaranya, yang puluhan tahun sebelumnya berperang dengan negara saya. Kami terlibat dalam sebuah grup diskusi di kelas, dan saya menyadari kalau ia agak menjaga jarak. Ketika saya bertanya apakah saya pernah menyinggung perasaannya, ia menjawab, “Tidak sama sekali . . . tetapi itulah masalahnya. Kakekku tewas dalam peperangan itu, karena itu aku benci sekali kepada rakyat dan negaramu. Namun, sekarang aku melihat kalau kita punya banyak kesamaan, dan itu membuatku kaget. Aku merasa kita bisa jadi teman sekarang.”
O' Holy Night: Kidung Natal
Tidak sabar menunggu hingga tanggal 18 Desember? Anda dapat membaca renungannya sekarang juga!
PAKET NATAL UNTUK YANG TERKASIH
Hadiah Natal bagi orang yang terkasih.
Memberi seperti Kristus
Ketika O. Henry, penulis asal Amerika Serikat, menulis cerita Natal terkenalnya yang berjudul “The Gift of the Magi” pada tahun 1905, ia sendiri sedang berjuang untuk bangkit dari pergumulan pribadi. Meski demikian, ia berhasil menulis suatu kisah inspiratif yang menekankan karakter serupa Kristus yang sangat indah, yakni pengorbanan. Dalam cerita tersebut, seorang istri yang miskin menjual rambut panjangnya yang indah pada malam Natal demi membeli seutas rantai emas untuk jam saku suaminya. Akan tetapi, belakangan sang istri baru tahu bahwa sang suami sudah menjual jam sakunya agar dapat membelikan seperangkat sirkam untuk rambut indahnya.
Bagaimana Lepas dari Kekhawatiran?
Kalau khawatir hanya akan menambah masalah, mengapa kita melakukannya?