Percaya Diri atau Rendah Diri?
Setiap orang sebenarnya mempunyai penilaian masing-masing yang diukur menurut kepercayaan dirinya. Namun, apakah dengan sekadar mengembangkan rasa percaya diri yang tinggi menjadi jawaban bagi yang rasa percaya dirinya rendah?
Digerakkan untuk Berdoa
Seorang rekan kerja pernah berkata bahwa kehidupan doanya bertumbuh pesat berkat manajer kami. Saya terkesan mendengarnya, mengira bahwa mungkin atasan kami yang berkarakter keras itu telah memberikan semacam dorongan rohani yang mempengaruhi cara rekan saya berdoa. Ternyata, dugaan saya salah. Rekan kerja yang juga sahabat saya itu lalu menjelaskan: “Setiap kali aku melihat ia muncul, aku langsung berdoa.” Waktu doanya bertambah karena ia jadi lebih sering berdoa sebelum berbicara dengan sang manajer. Ia menyadari bahwa ia memerlukan pertolongan Allah dalam hubungan kerja sama yang tidak mudah dengan manajernya. Keadaan itu mendorongnya untuk semakin sering berdoa.
Dalam Tangan Allah yang Pengasih
Ketika kondisi kesehatan saya kembali merosot, saya mengkhawatirkan apa yang mungkin terjadi dan keadaan yang tidak dapat saya kendalikan. Suatu hari, ketika membaca sebuah artikel di majalah Forbes, saya mengetahui bahwa para ilmuwan menemukan adanya peningkatan dalam “kecepatan rotasi Bumi” dan menyatakan bahwa Bumi terus “bergoyang” dan “berputar lebih cepat”. Mereka berpendapat bahwa “untuk pertama kalinya dalam sejarah, kita mungkin perlu menghapus satu detik dari waktu global.” Kehilangan satu detik tampaknya tidak berarti, tetapi mengetahui bahwa rotasi Bumi dapat berubah adalah hal besar bagi saya. Bahkan ketidakstabilan sedikit saja bisa membuat iman saya goyah. Namun, kesadaran bahwa Allah mengendalikan segalanya telah menolong saya untuk tetap mempercayai-Nya, bagaimanapun menakutkannya ketidaktahuan saya atau rapuhnya keadaan saya.
Dewasa di dalam Yesus
Ketika masih kanak-kanak, saya menganggap orang dewasa itu serba bijaksana dan tidak mungkin gagal. Saya pikir, mereka selalu tahu apa yang harus dilakukan. Suatu hari nanti, kalau sudah dewasa, aku juga akan selalu tahu apa yang harus dilakukan. Namun kenyataannya, “suatu hari” tersebut sudah datang bertahun-tahun lalu, dan saya belajar, berkali-kali, bahwa saya tidak selalu tahu apa yang harus dilakukan. Entah itu menghadapi penyakit yang diderita seorang anggota keluarga, masalah dalam pekerjaan, atau konflik dalam hubungan dengan seseorang, pengalaman-pengalaman tersebut telah mengenyahkan semua khayalan tentang kendali dan kekuatan yang saya miliki. Akhirnya, hanya satu hal yang bisa saya perbuat—menutup mata dan berbisik, “Tuhan, tolong. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”
Buku Pra Paskah - 40 Hari 40 Kata
Buku Pra Paskah - 40 Hari 40 Kata