Month: Juni 2024

Allah yang Membebaskan

Sudah 2,5 tahun berlalu sejak Presiden Abraham Lincoln mengumumkan pembebasan para budak dan pihak Selatan yang kalah perang saudara juga sudah menyerah, tetapi negara bagian Texas masih belum juga mengakui pembebasan tersebut. Namun, pada tanggal 19 JUNI 1865, jenderal tentara Utara, Gordon Granger, memasuki kota Galveston, Texas, dan menuntut agar semua budak dibebaskan. Bayangkan betapa terkejut dan bahagianya orang-orang yang diperbudak itu saat kebebasan diumumkan dan semua belenggu mereka dilepaskan.

Sahabat bagi Orang Kesepian

Saat pindah ke London untuk bekerja, Holly Cooke tidak memiliki teman seorang pun. Ia merasa sedih manakala akhir pekan tiba. Kota itu sendiri menduduki peringkat teratas dalam hal perasaan murung. Menurut survei global, 55 persen warga London menyebut diri mereka kesepian, jauh berbeda dari warga kota Lisbon, Portugal, yang hanya 10 persen.

Iman yang Murah Hati

Beberapa tahun lalu, gereja kami diundang untuk menjadi tuan rumah bagi sejumlah pengungsi yang melarikan diri dari negara mereka yang mengalami kekacauan akibat perubahan kepemimpinan politik. Seluruh keluarga pengungsi itu datang dengan hanya membawa satu tas kecil. Beberapa jemaat kami memberikan tumpangan kepada mereka, termasuk mereka yang hanya dapat menyediakan sebuah ruang berukuran kecil.

Harapan Kesembuhan

Orang-orang yang lumpuh akibat cedera tulang belakang kini mempunyai harapan baru. Para peneliti di Jerman telah menemukan cara untuk merangsang pertumbuhan saraf dan menghubungkan kembali jalur saraf antara otot dan otak. Dalam hasil percobaan mereka, pertumbuhan tersebut telah memungkinkan tikus yang lumpuh untuk berjalan kembali, dan masih akan terus dilakukan pengujian untuk menentukan apakah terapi itu aman dan efektif bagi manusia.

Hati yang Melayani

Ketika Paman Emory meninggal dunia, banyak orang dari beragam kalangan memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Semua penghormatan itu memiliki kesamaan: Mereka menghargai Emory yang telah menunjukkan kasihnya kepada Allah dengan melayani sesama. Sikap itu paling jelas terlihat selama masa dinasnya dalam Perang Dunia II. Di sana ia bertugas sebagai tenaga medis yang tidak menyandang senjata. Ia tidak hanya menerima penghargaan militer atas keberaniannya, tetapi juga dikenang karena pengabdiannya yang penuh kasih, baik selama maupun sesudah perang.