“Raja Damai” adalah Shar Shalom dalam bahasa Ibrani, artinya “orang yang menyingkirkan semua pengganggu kedamaian dan menjamin kesejahteraan.” Hal itu membedakan Yesus dari para pemimpin manusia yang pemerintahannya bergantung pada penumpahan darah, sebab pemerintahan Yesus dilandaskan pada pengorbanan darah.

Mengapa Yesus disebut sebagai “Raja Damai”? Padahal ada dua pernyataan yang sangat berbeda dalam Perjanjian Baru tentang Yesus. Lukas 2:14 menulis: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Namun, dalam Matius 10:34, Yesus berkata, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi: Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.”

Bagaimana kedua pernyataan itu dapat diselaraskan? Pikirkanlah apa yang diajarkan Perjanjian Baru. Dikatakan bahwa kedatangan-Nya yang pertama adalah untuk meletakkan dasar perdamaian dengan Allah dan menawarkan kepada setiap orang dari segala bangsa. Pada kedatangan-Nya yang kedua, Dia akan membawa damai sejahtera ke bumi.

Menurut Rasul Paulus, kedatangan pertama Sang Mesias menghasilkan damai sejahtera yang tidak pernah dikenal manusia sejak dosa Adam. Damai sejahtera yang mengubah kita dari musuh Allah menjadi anak-anak Allah. “Allah berkenan… oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat” (Kolose 1:19-21).

Arti penting nama “Raja Damai” bagi orang percaya saat ini:

Kepada mereka yang mempercayai Kristus sebagai Juruselamat, Dia sanggup memberikan:

Damai sejahtera dalam pencobaan. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27).

Damai sejahtera dalam proses pendewasaan. “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya” (1 Tesalonika 5:23A).

Damai sejahtera dalam kemenangan hidup. “Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu” (Roma 16:20)

Damai sejahtera dalam hubungan dengan sesama. “…berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3).

Damai sejahtera dalam kesaksian hidup. “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23).