Hati Seorang Tuli
Untuk meningkatkan keahlian berbahasa isyarat, Leisa berkecimpung di dunia orang-orang Tuli. Ia segera memahami masalah yang mereka hadapi. Kaum Tuli merasa diabaikan oleh mereka yang dapat mendengar, dituntut untuk membaca bahasa bibir tanpa cela, dan sering dikesampingkan dari kesempatan mendapat promosi dalam pekerjaan. Kebanyakan acara publik juga dilangsungkan tanpa bahasa isyarat.
Kehadiran Allah dalam Ciptaan
Kenny berdiri di hadapan jemaat yang bertahun-tahun sebelumnya pernah ia tinggalkan saat imannya sempat undur. Kini ia bercerita bahwa imannya telah dipulihkan. Bagaimana caranya? Allah sudah menyentuh hati Kenny lewat keindahan dan rancangan yang disaksikannya dalam alam. Kenny kembali diliputi rasa takjub kepada Allah karena menyaksikan wahyu umum-Nya melalui alam, dan sekarang ia menerima hikmat yang diwahyukan secara khusus dalam Alkitab. Setelah menceritakan kesaksiannya, Kenny pun memberi diri dibaptis di depan seluruh jemaat. Dengan mata penuh air mata bahagia, ayah Kenny membaptis putranya berdasarkan imannya kepada Tuhan Yesus.
Kota Mungil Betlehem
Phillips Brooks menulis lirik lagu Natal favorit “O Little Town of Bethlehem” (Hai Kota Mungil Betlehem) setelah mengunjungi kota tersebut. Gembala gereja di Amerika Serikat itu sangat tersentuh oleh pengalamannya, sehingga ia menulis pesan berikut ini untuk murid-murid sekolah Minggu yang dibinanya: “Saya ingat. . . pada Malam Natal, ketika saya berdiri di dalam gereja tua di Betlehem, di dekat tempat Yesus dilahirkan. Saat itu seluruh gereja dipenuhi kidung-kidung pujian indah yang dinaikkan kepada Allah dari jam ke jam. Berulang kali saya seolah mendengar suara-suara yang saya kenal dengan baik, saling bercerita tentang ‘Malam Indah’ dari kelahiran Sang Juruselamat.”
Allah Mengetahui Segalanya
Allah sungguh-sungguh mengetahui segalanya. Namun, menurut sebuah artikel di The Wall Street Journal, National Security Agency (Badan Keamanan Nasional) juga tahu banyak tentang kita lewat jejak data dari penggunaan ponsel pintar kita. Setiap orang yang memiliki ponsel menciptakan “metadata” yang meninggalkan “jejak digital”. Setiap remah data yang tampaknya tidak signifikan, jika digabungkan dan dianalisis, akan menjadi “salah satu alat investigasi paling canggih yang pernah dibuat manusia”. Dengan melacak metadata kita, para penyelidik dapat menentukan dari atau di mana kita berada pada suatu waktu tertentu.
Memberi Kembali kepada Allah
Pada suatu waktu, para pemimpin gereja kami mengajak seluruh jemaat untuk memberikan persembahan lebih, di luar persembahan mingguan, guna membangun sebuah gimnasium baru. Fasilitas tersebut akan digunakan untuk melayani keluarga-keluarga dalam lingkungan kami. Setelah mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh biaya medis yang dikeluarkan karena kondisi disabilitas yang saya alami, saya bertanya kepada suami, “Apakah kamu yakin kita bisa memberi lebih?” Ia mengangguk. “Toh, kita memberikan kepada Allah apa yang sudah menjadi milik-Nya,” katanya. “Dia akan menyediakan semua yang kita butuhkan.” Memang itulah yang Dia lakukan! Lebih dari satu dekade kemudian, jemaat kami masih merasakan anugerah dapat melayani Tuhan lewat pelayanan kami kepada para pengguna fasilitas tersebut.
Ketakutan akan Masa Depan
Ketakutan membuat saya terbangun pada pukul 3 subuh di hari pertama tahun baru. Pemikiran tentang tahun yang baru dimasuki terasa begitu membebani saya, sehingga hati saya diliputi rasa cemas. Sakit-penyakit yang dialami di tengah keluarga sudah lama membuat saya lelah, dan sekarang, pikiran tentang masa depan membuat saya takut. Masih adakah hal-hal buruk yang akan terjadi? saya bertanya-tanya.
Janji Allah setelah Bencana
Saat Badai Laura mengamuk melintasi Teluk Meksiko dan berarak menuju pantai Louisiana di Amerika Serikat, pihak berwenang memberikan peringatan yang sangat serius. Ketika kecepatan angin tercatat mencapai 241 km per jam, seorang petugas mengeluarkan pesan yang cukup menggetarkan: “Harap mengungsi. Namun, jika Anda memilih untuk tetap bertahan dan kami tidak dapat menjangkau Anda, tulislah nama, alamat, nomor jaminan sosial, dan data kerabat terdekat Anda, lalu masukkan semua itu ke dalam plastik klip ziplock di saku Anda. Berdoalah agar jangan sampai hal itu terjadi pada Anda.” Regu penyelamat tahu bahwa begitu Badai Laura mencapai daratan, mereka hanya bisa menyaksikan badai itu melewati jalurnya dan tidak lagi berdaya melakukan apa-apa.
Kisah Yesus
Kebanyakan orang mungkin belum pernah mendengar tentang Kate Hankey, seorang wanita yang luar biasa. Sebagai guru, penginjil, pengelola sekolah, misionaris, dan penyair, ia dengan setia melayani Yesus di Inggris pada abad ke-19. Pada tahun 1867, Kate terjangkit penyakit serius. Selama masa pemulihannya, ia menulis sebuah puisi panjang yang terbagi ke dalam dua bagian: “The Story Wanted” (Kisah yang Diinginkan) dan “The Story Told” (Kisah yang Diceritakan). Kedua puisi tersebut mengungkapkan dengan sangat intim hubungan dirinya dengan Yesus dan peristiwa-peristiwa dalam hidup-Nya.
Tangan Allah
Saat Inggris mulai diserang musuh pada perang tahun 1939, Raja George VI mendorong warga Kerajaan Inggris dan negara-negara Persemakmuran untuk terus mempercayai Allah. Dalam pesan Natal yang disiarkan melalui radio, sang raja mengutip sepenggal puisi favorit ibundanya dan berkata: “Pergilah ke dalam kegelapan, dan letakkan tanganmu dalam Tangan Allah. / Tangan itu lebih baik daripada cahaya, lebih aman daripada jalan yang sudah engkau kenal.” Sang raja tidak tahu apa yang akan terjadi di tahun yang baru, tetapi ia percaya Allah akan “menuntun dan menopang” mereka di hari-hari mendatang yang penuh dengan kecemasan.