Dikasihi Selamanya
Mungkin ada di antara kita yang menjalani hari demi hari dengan perasaan tertolak, terabaikan, atau direndahkan. Terkadang kita bahkan melakukan semua itu terhadap diri sendiri.
Ketika Pagi Datang
Waktu itu sudah sangat larut saat kami singgah untuk bermalam di sebuah penginapan di luar kota Munich. Kami sangat senang saat melihat kamar kami memiliki balkon, meskipun kabut tebal membuat kami tidak dapat melihat kegelapan di luar. Namun, ketika matahari terbit beberapa jam kemudian, kabut pun mulai memudar. Kemudian kami bisa melihat sesuatu yang sebelumnya terselubung oleh kegelapan malam—pemandangan yang begitu indah—padang rumput yang menghijau dan teduh, domba-domba yang merumput dengan lonceng-lonceng kecil berdenting di leher mereka, dan awan putih besar di langit yang terlihat begitu mirip dengan domba-domba yang gemuk dan besar!
Tidak Perlu Marah
Suatu pagi di Perth, Australia, Fionn Mulholland menemukan bahwa mobilnya hilang. Pada saat itulah, ia baru menyadari kekeliruannya karena telah memarkir mobil di zona terlarang sehingga mobilnya harus diderek. Setelah mempertimbangkan situasi yang ada—termasuk pengeluaran $600 untuk membayar denda parkir dan ongkos derek—Mulholland menjadi frustrasi. Namun, ia memutuskan tidak akan meluapkan kemarahannya kepada orang yang harus ditemuinya agar mobilnya bisa ditebus. Daripada melampiaskan emosinya, Mulholland pun menulis sebuah puisi lucu tentang situasi yang dihadapinya dan membacakan puisi itu kepada karyawan yang ditemuinya di tempat penderekan. Ternyata karyawan itu menyukai puisinya, dan pertikaian buruk yang mungkin terjadi akhirnya bisa dihindari.
Belajar Bahasa
Saya berdiri di hadapan jemaat suatu gereja kecil di Jamaika dan menyapa mereka dengan dialek lokal, “Wah Gwan, Jamaika?” Reaksi yang saya terima lebih baik daripada yang saya harapkan—mereka semua tersenyum dan bertepuk tangan menyambut saya.