Kisah Ruth
Ruth tidak bisa menceritakan kisahnya tanpa menangis. Usianya telah lebih dari 80 tahun dan kini ia sulit untuk bepergian ke mana pun. Karena itu mungkin saja ada yang menganggap Ruth tidak terlalu berperan penting dalam gereja kami. Ia bergantung kepada orang lain untuk menjemputnya, dan karena ia tinggal seorang diri, tidak banyak orang yang dipengaruhi oleh hidupnya.
Menyibak Misteri
Saya selalu menyukai kelihaian dan wawasan dari Charles Schulz, sang pencipta kartun Peanuts. Salah satu kartunnya yang saya sukai muncul dalam sebuah buku tentang kaum muda di gereja. Kartun itu menggambarkan seorang pemuda yang memegang Alkitab sambil berbicara kepada temannya di telepon. Anak muda itu berkata, “Rasanya aku sudah mengambil langkah pertama untuk menyibak misteri dari Perjanjian Lama . . . Aku mulai membacanya!”
Mengingat-ingat Kesetiaan Allah
Sebelum saya dan suami menyerahkan hidup kami kepada Kristus, kami sedang terpikir untuk bercerai. Namun setelah berkomitmen untuk mengasihi dan menaati Allah, kami pun memperbarui janji pernikahan kami. Kami meminta bimbingan dari sesama dan mengundang Roh Kudus untuk mengubah kami masing-masing dan sebagai pasangan. Allah Bapa terus menolong kami membangun komunikasi yang sehat. Dia mengajar kami mengasihi dan mempercayai-Nya—dan mengasihi serta mempercayai satu sama lain—apa pun yang akan terjadi.
Berakar dalam Allah
Ketika sepasang suami istri pindah rumah, mereka menanam pohon wisteria di dekat pagar rumah dan menantikan bunganya yang berwarna lembayung untuk mekar dalam waktu lima tahun. Selama lebih dari dua dekade kemudian mereka menikmati kehadiran pohon itu dan tekun memangkas serta merawatnya. Namun suatu saat pohon wisteria itu tiba-tiba mati, karena tetangga mereka telah menyiramkan cairan pembunuh rumput liar di sisi luar pagar. Pemiliknya menduga bahwa racun pada cairan itu terserap oleh akar-akar pohon dan menyebabkan kematian pohon itu. Namun yang mengejutkan, di tahun berikutnya beberapa tunas pohon muncul kembali dari tanah.