Allah Menyertai Kita
“Kristus ada besertaku, Kristus ada di depanku, Kristus ada di belakangku, Kristus ada di dalamku, Kristus ada di bawahku, Kristus ada di atasku, Kristus ada di kananku, Kristus ada di kiriku . . .” Lirik himne itu ditulis oleh Santo Patrick, seorang Kristen asal Irlandia dari abad ke-5. Himne tersebut bergema di dalam benak saya ketika membaca tulisan Matius tentang kelahiran Yesus. Membaca bagian itu terasa seperti sebuah pelukan hangat yang mengingatkan bahwa saya tidak pernah sendiri.
Malam Kudus bagi Jiwa
Lama sebelum Joseph Mohr dan Franz Gruber menciptakan lagu Natal “Silent Night” (Malam Kudus) yang terkenal, Angelus Silesius telah menulis puisi berikut:
Rumah di Hari Natal
Suatu waktu di hari Natal, saya mendapat tugas di suatu tempat yang lokasinya tidak lazim bagi kebanyakan orang. Dalam perjalanan kembali ke kamar, saya diterpa udara dingin yang tertiup dari Laut Hitam. Saat itu, saya sangat merindukan rumah.
Memecah Kesunyian
Di akhir Perjanjian Lama, Allah seperti sedang bersembunyi. Selama empat abad, orang Yahudi menanti dan bertanya-tanya. Allah terlihat seperti pasif, tidak peduli, dan tidak mendengarkan doa-doa mereka. Hanya tersisa satu harapan: janji tentang Mesias yang sudah dikumandangkan sejak lama. Orang Yahudi mempertaruhkan segalanya demi janji itu. Lalu sesuatu yang monumental terjadi. Kabar kelahiran seorang bayi pun tersiar.