Terhilang lalu Ditemukan
Saya dan istri menjadi panik saat menyadari bahwa ibu mertua saya menghilang ketika ia sedang berbelanja dengan seorang saudara. Ingatan Ibu kurang baik, dan kami tidak tahu apa yang sedang dilakukannya. Apakah ia berputar-putar di pasar itu, atau justru menaiki bus untuk pulang ke rumah? Saat mencarinya, kami sudah memikirkan kemungkinan yang terburuk, sambil berseru kepada Allah dalam hati, “Tolonglah kami menemukannya.”
Melepaskan Ketakutan
Tubuh kita akan bereaksi terhadap perasaan ngeri dan takut. Perut kita merasa mual, jantung kita berdegup kencang, dan napas kita tersengal-sengal. Semua itu menandakan kecemasan kita. Tubuh kita secara alami memberikan reaksi yang membuat kita tidak bisa mengabaikan perasaan yang tidak nyaman itu.
Memberi Sepenuh Hati
Ketika anak saya, Xavier, masih berumur enam tahun, seorang teman mengajak anaknya yang masih balita main ke rumah kami. Xavier ingin memberikan mainan kepada anak itu. Saya senang melihat kemurahan hatinya. Ia bahkan menawarkan sebuah boneka langka yang pernah dibelikan ayahnya. Menyadari bahwa boneka itu sangat bernilai, teman saya berusaha menolak dengan sopan. Namun, Xavier tetap menaruh boneka itu ke tangan si anak sambil berkata, “Papa memberiku banyak sekali mainan untuk aku bagikan.”
Dasar yang Teguh
Selama bertahun-tahun, penduduk di kota kami telah membangun dan membeli rumah di wilayah-wilayah yang rawan longsor. Banyak di antara mereka tahu risiko tinggal di atas tanah yang tidak stabil, sementara yang lainnya tidak diberi tahu. “Selama 40 tahun para ahli geologi telah memberikan peringatan dan peraturan tata kota telah disusun untuk memastikan pembangunan rumah di tempat yang aman” tetapi semua itu tidak pernah diterangkan, bahkan diabaikan (Harian The Gazette, Colorado Springs, 27 April 2016). Memang pemandangan dari rumah-rumah di sana sangat indah, tetapi tanah di bawah rumah-rumah itu mengandung ancaman bencana yang sangat besar.