Selalu Berjalan Bersama Allah
Dalam Mere Christianity, C. S. Lewis menulis: “Allah tidak berada di dalam waktu. Hidup-Nya tidak terdiri dari momen demi momen. . . . Saat ini—dan setiap momen lainnya sejak penciptaan dunia—selalu merupakan masa kini bagi-Nya.” Meski demikian, masa-masa penantian kita seringkali terasa tidak berujung. Namun, saat kita belajar mempercayai Allah, Sang Pencipta waktu yang abadi, kita bisa meyakini bahwa keberadaan kita yang rapuh ini aman di tangan-Nya.
Allah atas Paku
Saya hendak naik ke mobil ketika mata saya menangkap sesuatu yang berkilau: sebuah paku tertancap di sisi luar ban belakang mobil saya. Saya mendengar suara mendesis tanda kebocoran. Syukurlah, lubang itu tersumbat—setidaknya untuk sementara.
Dari Betlehem Sampai ke Hati
Menjelang Natal, kita tidak asing dengan bacaan Alkitab atau pun khotbah-khotbah di gereja yang mengajak kita untuk menyambut kelahiran Kristus, Sang Raja dan Juruselamat yang dilahirkan di Betlehem.
Nilai Diri Kita
Caitlin, seorang penulis buku laris, menggambarkan perasaan depresi yang pernah dialaminya setelah melawan orang yang berusaha melecehkannya. Kekerasan emosional yang dialaminya menorehkan luka yang lebih dalam daripada pergulatan fisiknya, karena ia merasa itu membuktikan “betapa aku tidak diinginkan. Aku bukanlah wanita yang ingin orang kenal dengan dekat.” Ia merasa tidak layak dikasihi, karena menganggap diri hanya pantas diperalat dan dicampakkan begitu saja.
Air Pembawa Harapan
Tom dan Mark telah membawa kesegaran dalam hidup anak-anak yang mereka layani. Itu tampak jelas dalam video yang menampilkan sekelompok anak berpakaian lengkap yang menari-nari kegirangan di bawah pancuran air. Mereka mandi di pancuran untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Tom dan Mark bekerja sama dengan gereja-gereja di Haiti untuk memasang penyaring air pada sumur-sumur, supaya warga lebih mudah menikmati air bersih yang tidak lagi tercemar oleh bibit penyakit. Akses kepada air bersih telah memberikan harapan baru bagi warga setempat.