Ketika Allah Campur Tangan
Dalam puisi berjudul “This Child is Beloved”, Omawumi Efueye bercerita tentang upaya kedua orang tuanya menggugurkan dirinya ketika ia masih berada dalam kandungan. Setelah serangkaian peristiwa luar biasa membuat upaya itu gagal, kedua orangtuanya pun memutuskan menerima kehadiran si bayi. Kesadaran Omawumi akan pemeliharaan Allah atas hidupnya memotivasi dirinya untuk melayani Tuhan sepenuh waktu dan meninggalkan karirnya yang cemerlang. Saat ini, Omawumi melayani dengan setia sebagai gembala di sebuah gereja di London.
Menolak Balas Dendam
Setelah Jim Elliot dan empat misionaris lain dibunuh oleh suku Huaorani pada tahun 1956, tidak ada yang menyangka apa yang terjadi selanjutnya. Istri Jim, Elisabeth, dan anak perempuan mereka yang masih kecil, serta saudara perempuan salah seorang misionaris tersebut memilih tinggal dan menetap di tengah-tengah warga yang sudah membunuh orang-orang yang mereka kasihi. Selama beberapa tahun, mereka menjadi bagian masyarakat Huaorani, mempelajari bahasa mereka, dan menerjemahkan Alkitab untuk mereka. Teladan pengampunan dan kebaikan hati para wanita itu membuat kaum Huaorani meyakini kasih Allah bagi mereka dan akhirnya banyak di antara mereka yang mau menerima Yesus sebagai Juruselamat.
Pemburu Badai
“Memburu tornado,” ujar Warren Faidley, “sering kali terasa seperti permainan catur tiga dimensi raksasa yang dimainkan di bidang yang luasnya ribuan kilometer persegi.” Wartawan foto dan pemburu badai itu menambahkan: “Berada di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, merupakan perpaduan dari ramalan cuaca dan navigasi, sementara kita berusaha menghindari hantaman segala macam benda, mulai dari butiran hujan es sebesar bola sofbol, badai debu, dan perangkat pertanian yang beterbangan.”
Bencana, Tanggung Jawab Siapa?
Awal dekade yang baru dibuka dengan berita getir: banjir menggenang dan menerjang sejumlah wilayah di Jabodetabek. Bagi warga yang tinggal…
Bawalah yang Anda Punya
“Sup Batu” adalah sebuah dongeng lama dengan beragam versi yang bercerita tentang orang kelaparan yang datang ke sebuah desa, tetapi tidak ada yang bisa menyisihkan secuil pun makanan untuknya. Lalu, orang yang kelaparan itu memasukkan sebongkah batu ke dalam panci berisi air dan memasaknya. Karena penasaran, para penduduk desa memperhatikan orang itu mengaduk “sup” yang dimasaknya. Akhirnya, datang seseorang membawa dua butir kentang untuk ditambahkan ke dalam sup, lalu orang yang lain membawa beberapa batang wortel. Seorang lagi menambahkan sebutir bawang bombai, dan yang lain memasukkan segenggam jelai. Seorang petani menyumbangkan susu. Akhirnya, “sup batu” itu menjadi sup kental yang lezat.