Berpikir Secara Berbeda
Semasa kuliah, saya pernah menikmati musim panas yang indah di Venezuela. Makanannya enak-enak, penduduknya ramah, iklimnya bagus, dan keramahtamahannya sangat mengagumkan. Namun, setelah satu-dua hari di sana, saya menyadari bahwa pandangan saya tentang pengaturan waktu berbeda dengan kebiasaan teman-teman di sana. Jika kami berencana makan siang pada tengah hari, bagi mereka itu berarti kapan saja antara jam 12 dan jam 1 siang. Demikian juga dalam menetapkan waktu untuk memulai rapat atau mengadakan perjalanan: waktunya fleksibel dan hanya bisa dikira-kira. Saya belajar bahwa pemikiran saya tentang “hadir tepat waktu” rupanya sangat dipengaruhi oleh faktor budaya yang membentuk saya.
Bagai Pinang dibelah Dua
Dalam sebuah acara piknik, kami bertemu dengan seorang wanita yang mengenal keluarga suami saya sejak ia masih kecil. Begitu melihat Alan dan putra kami, Xavier, wanita itu berkata, “Anakmu bagai pinang dibelah dua dengan ayahnya. Matanya dan senyumnya sama persis dengan ayahnya.” Selain mengungkapkan kemiripan fisik antara ayah dan anak, wanita itu bahkan menyadari adanya kesamaan dalam kepribadian mereka berdua. Namun, meskipun mereka mirip dalam banyak hal, sebenarnya anak saya tidak mencerminkan ayahnya dengan sempurna.
Mengirim Pesan SOS
Ketika seorang pemukim di wilayah pegunungan Alaska kehilangan pondoknya karena kebakaran, ia pun hidup terlantar tanpa tempat berlindung yang memadai dan perbekalan yang cukup di negara bagian terdingin di Amerika Serikat—di tengah musim dingin yang membeku. Tiga minggu kemudian, lelaki tersebut akhirnya berhasil diselamatkan ketika sebuah pesawat terbang melintas di udara dan melihat tanda SOS (isyarat darurat) berukuran besar yang dibuatnya di salju dan dihitamkan dengan jelaga.
Sesuatu yang Baru
Bertani sulit dilakukan di daerah-daerah yang kekurangan air tawar. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perusahaan Seawater Greenhouse telah menciptakan sesuatu yang baru: “rumah-rumah pendingin” di Somaliland, Afrika, dan di negara-negara lain dengan iklim serupa. Rumah-rumah pendingin ini menggunakan pompa-pompa bertenaga surya untuk menyiramkan air asin ke dinding yang terbuat dari bahan kardus bergelombang. Ketika air asin mengalir menuruni panel, kandungan garamnya akan tertinggal di kardus. Sebagian besar air tawar yang tersisa kemudian menguap di dalam rumah tersebut, sehingga tempat itu menjadi cukup lembab bagi tanaman buah dan sayur untuk bertumbuh.
Perayaan yang Meriah
Teman saya Sharon meninggal dunia setahun sebelum kepergian Melissa, remaja putri dari teman saya Dave. Keduanya meninggal secara tragis dalam kecelakaan mobil. Suatu malam, saya bermimpi tentang Sharon dan Melissa. Mereka mengobrol sambil tertawa riang, menggantungkan pita-pita di suatu ruangan pesta yang sangat besar, dan tidak mempedulikan saya yang berjalan memasuki ruangan itu. Sebuah meja panjang bertaplak putih terpasang rapi, lengkap dengan piring-piring dan gelas-gelas emas. Saya bertanya apakah saya boleh membantu menghias, tetapi sepertinya mereka tidak mendengar saya dan tetap asyik sendiri.