Teguran Penuh Kasih
Selama lebih dari lima puluh tahun, ayah saya selalu berusaha menghasilkan suntingan yang bermutu tinggi. Yang ia usahakan bukan hanya membetulkan berbagai kesalahan penulisan, melainkan juga membuat tulisan tersebut lebih jernih, masuk akal, mengalir, dan akurat secara tata bahasa. Ayah saya menggunakan tinta hijau untuk menandai pembetulan, bukan tinta merah. Goresan hijau dirasakannya “lebih ramah”, sementara coretan merah bisa jadi terlihat garang bagi seorang penulis pemula atau pengarang yang kurang percaya diri. Ayah saya bermaksud menunjukkan cara penulisan yang lebih baik dengan penuh kasih.
Selendang Ungu
Ketika mendampingi dan merawat ibu saya di sebuah pusat rehabilitasi kanker ratusan kilometer jauhnya dari rumah, saya meminta dukungan doa dari sejumlah teman. Setelah sekian bulan berlalu, perasaan kesepian dan terpencil membuat kekuatan saya terkuras. Saya berpikir, bagaimana bisa saya merawat ibu saya dengan baik kalau saya sendiri merasa kelelahan, baik secara fisik, mental, maupun emosional?
Mengosongkan Diri Sebelum Pergi
Cara mengisi waktu hidup di dunia yang paling baik adalah dengan berlatih mengosongkan diri. Bagaimana Yesus memberi teladan mengosongkan diri-Nya?
Kecil Tetapi Perkasa
Sesekali pada larut malam di Gurun Sonora yang keras di Amerika Utara, sayup-sayup terdengar suara lolongan melengking. Namun, tidak ada yang mengira sumber suara itu adalah seekor hewan kecil tetapi perkasa—tikus belalang yang melolong nyaring untuk menandai wilayah kekuasaannya.
Mengosongkan Diri Sebelum Pergi
Memento Mori, istilah Latin yang artinya "ingat kematian” menjadi begitu populer dalam dunia filsafat Yunani-Romawi. Konon istilah ini berawal dari cerita tentang seorang pelayan yang ditugaskan berdiri di dekat seorang jenderal yang menang saat ia berparade di kota.
Tetapi Yesus!
Dalam sebuah episode America’s Got Talent, ajang pencarian bakat yang populer di TV, seorang anak perempuan berusia lima tahun bernyanyi dengan riang gembira dan membuat seorang juri membandingkannya dengan penyanyi dan penari cilik yang terkenal pada dekade 1930-an. Juri itu berkata, “Saya melihat Shirley Temple dalam dirimu.” Anak perempuan itu pun memberi jawaban yang tidak terduga: “Bukan Shirley Temple, tetapi Yesus!”