Diingat dalam Doa
Dalam sebuah gereja besar di Afrika, seorang pendeta berlutut dan berseru kepada Allah, “Ingatlah kami!” Ketika pendeta itu memohon, jemaatnya membalas dengan berseru, “Ingatlah kami, ya Tuhan!” Ketika menyaksikannya di YouTube, tanpa terasa air mata saya menitik. Seruan doa ini direkam beberapa bulan sebelumnya. Namun, video tersebut membawa saya kembali kepada kenangan masa kecil ketika pendeta keluarga kami menyerukan doa yang sama. “Ingatlah kami, ya Tuhan!”
Itu Sangat Baik!
Sekolah tempat putra saya, Brian, melatih futbol, kalah dalam perebutan juara wilayah lewat suatu pertandingan yang sengit. Lawan mereka tidak pernah kalah dalam dua tahun terakhir. Saya mengirim pesan singkat kepada Brian untuk menunjukkan simpati dan menerima jawaban pendek darinya: “Mereka sudah habis-habisan!”
Hancur dengan Indah
Bus kami akhirnya tiba di tujuan yang sudah dinantikan—suatu area penggalian arkeologi di Israel tempat kami akan melakukan penggalian kami sendiri. Pimpinan area itu menjelaskan, benda apa pun yang mungkin kami temukan, semua itu sudah ribuan tahun tidak tersentuh. Saat menggali pecahan tembikar yang terkubur dalam tanah, kami merasa seolah-olah bersentuhan dengan sejarah. Setelah beberapa saat, kami diantar ke bengkel kerja tempat pecahan-pecahan tersebut—dari vas-vas besar yang pecah ribuan tahun lalu—disusun kembali.
Kamu Orang Apa?
Ketika saya masuk ke toko es krim bersama anak balita saya yang berdarah campuran, penjaga di balik konter menatap saya sekilas lalu memandangi anak saya. Ia lalu bertanya, “Kamu orang apa?”
Aku Tangannya
Jia Haixia kehilangan penglihatannya pada tahun 2000. Temannya, Jia Wenqi, kehilangan kedua tangannya waktu ia masih kecil. Namun, mereka menemukan cara untuk saling melengkapi kekurangan mereka. “Saya tangannya dan ia mata saya,” kata Haixia. Bersama-sama, mereka mengubah desa mereka di Tiongkok.