Serahkan Pekerjaan Kita kepada Allah
Saat hendak menulis artikel untuk sebuah majalah yang “bergengsi”, saya bergumul untuk menyajikan artikel terbaik yang dapat diterima oleh redaksinya. Karena tekanan untuk memenuhi standar yang ada, berkali-kali saya menulis ulang isi pikiran dan gagasan saya. Namun, apa masalah saya sebenarnya? Apakah memang soal topik yang menantang? Ataukah kecemasan saya bersifat pribadi? Saya bertanya-tanya dalam hati, akankah redaksi majalah bergengsi itu menyukai saya dan bukan hanya tulisan saya?
Hari ini Healing, Besok Tetap Pening
Healing sejatinya bicara soal kesembuhan, tetapi sekarang istilah ini telah tereduksi maknanya menjadi sekadar hiburan, yang sebenarnya lebih bersifat sebagai pengalihan daripada pengobatan.
Lari dari Dosa
Selama musim panas ini, dua kali badan saya gatal-gatal karena terkena semak beracun. Keduanya terjadi ketika saya sedang mencabuti tanaman liar di kebun kami. Dua kali itu juga saya sudah melihat tumbuhan berdaun tiga yang beracun tersebut mengintai di dekat saya. Saya mengira dapat mendekati tanaman itu tanpa terkena racunnya. Namun, ternyata dugaan saya salah. Daripada berusaha mendekati tumbuhan kecil beracun itu, seharusnya saya langsung lari jauh-jauh!
Kawan dari Sahabat Allah
Perasaan akrab dapat langsung muncul pada perkenalan pertama ketika dua orang mengetahui bahwa ternyata mereka memiliki teman yang sama. Dengan sikap hangat, seorang tuan rumah yang berbesar hati dapat menyambut tamunya sambil berkata, misalnya, “Senang bertemu dengan Anda. Teman Sam, atau Samantha, adalah temanku juga.”
Pemeliharaan Allah
Bersama ibunya, Buddy yang berusia tiga tahun pergi ke gereja setiap minggu untuk membantu menurunkan bahan makanan dari truk yang melayani pembagian makanan. Suatu hari, setelah mendengar ibunya bercerita bahwa truk tersebut rusak, Buddy berkata, “Aduh . . . bagaimana mereka bisa membagi makanan?” Ibunya menjelaskan bahwa gereja harus mengumpulkan uang untuk membeli truk baru. Buddy tersenyum. “Aku punya uang,” katanya, seraya meninggalkan ruangan. Ia kembali dengan membawa stoples plastik berhias stiker warna-warni berisi uang receh, yang berjumlah 38 dolar lebih sedikit. Meski uang Buddy tidak banyak, Allah menggabungkan persembahannya dengan persembahan dari jemaat lain untuk membeli truk pendingin yang baru, sehingga gereja dapat terus melayani komunitas mereka.