Kemurahan Hati yang Melimpah Ruah
Tak ada orang yang di ujung hidupnya pernah dengan bangga berkata demikian: “Aku senang sudah menjalani kehidupan yang mementingkan, melayani, dan melindungi diriku sendiri,” kata penulis Parker Palmer dalam pidatonya di suatu acara wisuda. Ia bermaksud mengajak para wisudawan dan wisudawati untuk “mempersembahkan diri [mereka] bagi dunia . . . dengan kemurahan hati yang melimpah ruah.”
Para Saksi
Dalam puisi “The Witnesses” (Para Saksi), Henry Wadsworth Longfellow (1807–1882) menggambarkan sebuah kapal budak yang karam. “Kerangka yang terbelenggu,” demikian Longfellow meratapi para korban, yakni budak-budak tanpa nama yang tak terhitung jumlahnya. Bait penutup puisi itu berbunyi demikian, “Itulah duka para Budak, / Mereka membelalak dari jurang yang dalam; / Berseru dari makam tak dikenal, / Kami adalah para Saksi!”
Buku : Mendobrak Zaman Mengubah Jiwa
Buku : Mendobrak Zaman Mengubah Jiwa
Gereja Allah yang Kekal
“Apakah gereja sudah selesai?” tanya seorang ibu muda. Ia tiba di gereja kami bersama dua orang anak kecil tepat menjelang akhir kebaktian. Namun, salah seorang aktivis penyambut jemaat memberi tahunya bahwa ada sebuah gereja terdekat yang mengadakan dua kali kebaktian, dan kebaktian keduanya akan segera dimulai. Ia pun menawarkan ibu itu untuk diantar ke sana. Ibu muda itu sangat bersyukur dapat diantar beberapa blok ke gereja tersebut. Saat merenungkan pengalaman tadi, aktivis itu menarik kesimpulan: “Apakah gereja sudah selesai? Tidak akan. Gereja Allah akan tetap ada untuk selamanya.”
Merdeka dalam Ketidaksempurnaan
Bagaimana orangtua dapat mendidik anak yang merdeka dalam ketidaksempurnaannya?
Hadiah Dorongan Semangat
“Lebah-lebahmu lepas!” Istri saya menjulurkan kepala di pintu dan menyampaikan berita yang tidak ingin didengar oleh peternak lebah mana pun. Saya berlari keluar dan mendapati ribuan lebah terbang dari sarangnya ke puncak sebuah pohon pinus yang tinggi, dan tidak pernah kembali lagi.