Puji-pujian yang Tidak Direncanakan
Dalam suatu pelayanan misi singkat ke Etiopia, kelompok kami mendampingi kelompok lain dari suatu lembaga pelayanan lokal untuk melayani sejumlah pemuda yang hidupnya terpuruk dan kini tinggal dalam gubuk-gubuk di tempat rongsokan. Para pemuda itu adalah orang-orang yang menyenangkan! Kami saling bertukar kesaksian, mengucapkan pesan yang menguatkan, dan berdoa bersama. Salah satu momen favorit saya malam itu adalah ketika seorang anggota pelayanan lokal tersebut tiba-tiba memainkan gitar dan kami pun menyanyikan puji-pujian bersama kawan-kawan baru kami di bawah terang bulan. Sungguh momen yang indah! Meski kondisi mereka sangat sulit, para pemuda itu memiliki pengharapan dan sukacita yang hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan Yesus.
Waktunya Pulang
Ketika teman saya Al dan Kathy Schiffer menerbangkan pesawat kuno dari era Perang Dunia II milik mereka di berbagai pameran dirgantara, mereka sangat terkesan oleh reaksi para veteran perang yang sudah lanjut usia. Para veteran tersebut akan mampir untuk bercakap-cakap tentang perang yang mereka alami dan pesawat yang pernah mereka terbangkan. Sebagian besar kisah pertempuran mereka diceritakan dengan linangan air mata. Banyak veteran yang berkata bahwa kabar terbaik yang mereka terima di tengah kancah peperangan itu adalah perkataan, “Perang sudah berakhir, kawan. Sekarang waktunya pulang.”
Keindahan di Lahan Kosong
Suatu malam, saya melihat adanya lajur-lajur gundukan tanah yang berbaris rapi di lahan kosong dekat rumah. Setiap lajur berisi daun-daun hijau kecil dengan tunas muda yang menyembul keluar. Keesokan paginya, langkah saya terhenti ketika melihat sepetak tulip merah yang indah mulai bertumbuh di lahan kosong itu.
Beritakan Apa yang Allah Lakukan
Teman kuliah saya, Bill Tobias, sudah bertahun-tahun melayani sebagai misionaris di sebuah pulau di kawasan Pasifik. Ia bercerita tentang seorang pemuda yang meninggalkan kampung halamannya untuk mengadu nasib. Di tempat yang baru itu, ia diajak seorang teman ke gereja dan di sana ia mendengar kabar baik yang ditawarkan Tuhan Yesus. Ia pun mempercayai Kristus sebagai Juruselamatnya.
Menumpas Kesombongan Terselubung
Bila kesombongan itu tak disadari, atau bahkan dipelihara, itu tidak hanya akan membuat kita besar kepala, tetapi juga akan membawa kita pada kecukupan rohani yang palsu.
Benarkah Aku Orang Kristen?
Pernahkah Anda bertanya-tanya, “Benarkah aku orang Kristen? Tidak cukupkah jika aku rajin ke gereja saja? Bagaimana menjadi pengikut Kristus yang sesungguhnya?”