Tangisan Bahagia
Saat berangkat dari rumah di suatu pagi, Dean disambut beberapa temannya yang membawa balon. Salah seorang dari mereka mendekati Dean. “Kami mengirimkan puisi-puisimu ke sebuah kompetisi,” kata Josh, yang kemudian menyerahkan selembar amplop kepada Dean. Di dalamnya terdapat selembar kartu bertuliskan “Juara 1”. Dean dan teman-temannya pun menangis bahagia. Teman-teman Dean telah melakukan sesuatu yang istimewa untuk meneguhkan bakat menulis yang dimilikinya.
Kemenangan Iman
Ketika Calvin yang berusia empat tahun menjalani pemeriksaan kesehatan rutin, dokter menemukan beberapa bintik yang tidak lazim pada tubuhnya. Calvin harus disuntik beberapa kali, dan setelah itu bekas suntikannya ditutup dengan plester. Di rumah, sewaktu plester kecil itu akan dibuka, Calvin merintih ketakutan. Sang ayah mencoba menenangkannya dengan berkata, “Calvin, kamu tahu Ayah tidak akan pernah melakukan sesuatu untuk menyakitimu.” Sang ayah ingin putranya lebih mempercayainya daripada mengkhawatirkan dibukanya plester tersebut.
Menang dalam Peperangan Rohani
Peperangan kita yang sesungguhnya bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan penguasa-penguasa yang tak terlihat dan kuasa kegelapan. Saat kita berjuang hidup bagi Kristus, bagaimana kita bisa siap berperang dengan baik?
Arti Penting Doa
“Doakan tindakan pemindaian otak yang akan saya jalani.” “Doakan agar anak-anak saya mau kembali ke gereja.” “Doakan penghiburan untuk Dave, yang baru saja kehilangan istrinya.” Ketika tim pelayanan kami menerima daftar permohonan doa mingguan seperti itu, kami pun mendoakannya lalu mengirimkan pesan dengan tulisan tangan kepada setiap orang yang didoakan. Permohonan doanya begitu banyak, sementara upaya kami terasa tidak seberapa dan tidak mendapat perhatian. Namun, perasaan itu berubah setelah saya menerima ucapan terima kasih yang tulus dari Dave, suami yang baru saja berduka tadi, disertai salinan berita kematian istri tercintanya. Saya kembali menyadari betapa penting arti doa.
Pencipta yang Dapat Kita Percaya
Makhluk yang disebut “Monster” dalam novel Frankenstein karya Mary Shelley adalah salah satu tokoh dalam dunia sastra yang paling dikenal dan paling menggugah imajinasi pembaca. Namun, penggemar novel tersebut berargumen bahwa monster sesungguhnya yang dimaksudkan Shelley adalah tokoh bernama Victor Frankenstein, ilmuwan delusional yang menciptakan makhluk tadi. Setelah menciptakan makhluk cerdas itu, Victor menolak memberikan bimbingan, pendampingan, atau harapan untuk meraih kebahagiaan apa pun kepada si “monster”. Tindakan Victor hampir pasti menyeret makhluk itu kepada keputusasaan dan kemarahan besar. Kepada Victor, makhluk itu meratap, “Kau, penciptaku, telah mencabik-cabik diriku.”