Month: Juli 2024

Kerapuhan yang Membawa Berkat

Punggungnya bungkuk, dan ia berjalan dengan dibantu tongkat, tetapi penggembalaan rohani yang dilakukannya bertahun-tahun menjadi bukti bahwa ia bergantung pada Allah sebagai sumber kekuatannya. Pada tahun 1993, Pendeta William Barber II didiagnosis menderita penyakit berat yang membuat tulang belakangnya menyatu. Dengan blak-blakan, seseorang pernah berkata kepadanya, “Barber, mungkin engkau perlu melakukan hal lain daripada menjadi pendeta, karena gereja tidak akan mengizinkan [seorang penyandang cacat] menjadi pendetanya.” Namun, Barber berhasil mengatasi komentar menyakitkan itu. Ia tidak hanya dipakai Allah sebagai pendeta, tetapi juga menjadi seorang tokoh terhormat yang menyuarakan kebutuhan orang-orang yang selama ini tidak terlayani dan terpinggirkan.

Memperbarui Kekuatan Kita

Sepasang rajawali membuat sarang raksasa pada sebatang pohon beberapa mil dari rumah saya. Tak lama kemudian, burung-burung raksasa itu mempunyai anak yang mereka rawat bersama-sama. Suatu hari, salah satu rajawali dewasa itu tewas ditabrak mobil. Selama beberapa hari, rajawali yang masih hidup terbang menyusuri sungai di dekat tempat mereka, seolah-olah mencari pasangannya yang hilang. Akhirnya, rajawali itu pun kembali ke sarangnya dan mengambil tanggung jawab penuh untuk membesarkan anak-anaknya.

Berapa pun Usia Kita

Baru-baru ini sepasang nenek dari Texas menjadi sensasi di media setelah mereka menyelesaikan perjalanan keliling dunia dalam 80 hari pada usia 81 tahun. Sepasang penjelajah yang sudah bersahabat selama 23 tahun itu berhasil melintasi seluruh benua di dunia. Mereka mengawali perjalanan dari Antartika, berdansa tango di Argentina, menunggang unta di Mesir, dan naik kereta luncur di Kutub Utara. Mereka mengunjungi 18 negara termasuk Zambia, India, Nepal, Indonesia, Jepang, Italia, lalu mengakhiri perjalanan mereka di Australia. Duo ini berharap dapat menginspirasi generasi mendatang untuk menikmati perjalanan keliling dunia, berapa pun usianya.

Kabar yang Patut Dirayakan

Selama lebih dari dua abad, lagu pertama dalam buku Nyanyian Rohani Methodist adalah “Beribu Lidah Patutlah” (O for a Thousand Tongues to Sing). Lagu yang ditulis oleh Charles Wesley dan aslinya diberi judul “Untuk Hari Peringatan Pertobatan” itu digubah untuk memperingati pembaruan rohani yang dicetuskan oleh imannya kepada Yesus. Kedelapan belas bait lagu pujian tersebut menyerukan tentang kebaikan Allah yang mulia bagi mereka yang bertobat dan mengikut Yesus.