
Relevan di Mata Allah
Setiap tahun, tim-tim football profesional di Amerika Serikat akan memilih pemain baru melalui acara National Football League Draft. Para pelatih akan menghabiskan ribuan jam untuk menilai kecakapan dan kebugaran calon pemain incaran mereka. Pada tahun 2022, Brock Purdy menjadi pemain pilihan terakhir—dengan nomor urut 262. Ia bahkan dijuluki “Si Tidak Relevan,” sebutan yang diberikan kepada pemain terakhir yang dipilih. Tak seorang pun berharap ia akan bermain dalam satu pertandingan pun dalam musim kejuaraan berikutnya. Namun, hanya beberapa bulan kemudian, Purdy memimpin timnya meraih dua kemenangan di babak penyisihan. Ternyata, para petinggi tim yang bertanggung jawab memilih pemain baru tidak selalu berhasil mengenali potensi yang ada. Kita pun menghadapi masalah yang sama.

Hidup yang Berkembang dalam Kristus
Ketika rumah kami dibangun, bisa dibilang kami membangunnya di atas tanah kosong berlumpur, di ujung suatu jalan yang berkerikil. Kami membutuhkan rumput, pepohonan, dan semak-semak agar tampilannya senada dengan wilayah perbukitan Oregon di sekitarnya. Saat mengeluarkan peralatan berkebun dan siap-siap bekerja, saya teringat pada taman pertama di dunia, yang mula-mula ada sebelum manusia hadir: “Belum ada semak apa pun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, . . . dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu” (Kej. 2:5).

Memusatkan Pandangan kepada Yesus
Mata June terpaku pada mobil abu-abu di sebelahnya. Ia harus berpindah jalur untuk keluar dari jalan tol, tetapi setiap kali ia mencoba mendahului, pengemudi kendaraan itu seperti ikut menaikkan kecepatan. Akhirnya, ia berhasil juga menyalipnya. Puas dengan keberhasilannya, June melirik spion tengah dan menyeringai. Namun, seketika ia sadar, pintu keluar yang ingin dilewatinya telah terlewat.

Tempat Allah yang Lapang
Ketika teolog Todd Billings didiagnosis mengidap kanker darah yang tak tersembuhkan, ia menggambarkan kematian yang menyongsongnya seperti lampu-lampu di ruangan yang jauh, yang berkedip atau segera padam. “Sebagai ayah dari anak-anak berusia satu dan tiga tahun, saya cenderung membayangkan beberapa dekade mendatang sebagai sebuah tempat yang lapang, dan di sana saya akan melihat Neti dan Nathaniel tumbuh dewasa . . . Namun, dengan diagnosis ini . . . tempat itu jadi menyempit.”
Meninggalkan Warisan
Bagaimana kita akan diingat setelah kita meninggalkan dunia ini? Marilah kita melihat teladan yang diberikan sendiri oleh Kristus!