Dengarkan Batu-Batu
Setelah keluarga kami mengadakan ibadah untuk mengenang almarhum ayah saya di tepi sungai, kami masing-masing memilih sebuah batu untuk membantu kami mengingat beliau. Kehidupannya penuh dengan kemenangan dan kekalahan silih berganti, tetapi kami tahu hatinya sangat mengasihi kami. Saat jari-jari saya mengusap permukaan batu pilihan saya yang halus, saya ditolong untuk memegang erat kenangan tentang beliau.

Pengingat yang Berguna dari Roh
Suatu kali, saya diundang untuk bernyanyi sebelum dimulainya pertandingan olahraga yang diikuti oleh salah seorang putra saya. Meski sudah menghafal lirik lagu yang akan dinyanyikan, saya tetap berlatih menyanyikannya selama beberapa minggu. Hari itu, ketika saya berjalan menuju lapangan dengan kedua tim yang bertanding berbaris di kiri-kanan saya, saya menutup mata dan berdoa. Saya mulai dengan menyanyikan beberapa baris, tetapi kemudian saya terdiam dan mematung. Saya tidak bisa mengingat lirik lagu berikutnya. Lalu, seorang pria di belakang saya membisikkan kata-kata yang saya lupakan itu. Begitu mendengar pengingat yang berguna itu, saya langsung menyanyikan seluruh lagu itu dengan penuh percaya diri.

Kesedihan yang Baik
Seorang pria bernama HidesaburÅ Ueno mengajar di Universitas Imperial di Tokyo pada tahun 1920an. Setiap sore, ia pulang dengan kereta jam 3 sore dan melihat anjingnya, Hachiko, sedang menunggunya. Suatu hari, Profesor Ueno terkena serangan stroke saat mengajar dan akhirnya meninggal dunia. Ketika kereta sore itu tiba tanpa beliau, Hachiko sempat bertahan menunggu sebelum akhirnya kembali ke rumah. Namun, keesokan harinya anjing itu kembali pada jam 3 sore, lalu kembali esok harinya, dan juga hari berikutnya, demikian terus sampai 10 tahun. Kesetiaan Hachiko menyentuh hati banyak orang, hingga mereka memutuskan untuk datang dan duduk bersamanya.
Perkataan Terakhir Kristus dari Salib | 7 Renungan Paskah
Sang Pencipta semesta, disalibkan oleh makhluk-makhluk ciptaan-Nya di sebuah bukit di luar Yerusalem. Dari tempat yang mengerikan itu, Kristus akan mengucapkan "tujuh kata terakhir"-Nya.

Saudara Perempuan Wright
Kebanyakan orang tahu tentang Wright bersaudara—Orville dan Wilbur—yang merancang, membangun, dan sukses menerbangkan pesawat udara untuk pertama kalinya di awal tahun 1900. Akan tetapi, mungkin tidak banyak orang yang mengenal Katherine Wright. Namun, sosok Katherine memberi kontribusi yang penting terhadap keberhasilan kedua saudaranya dalam menciptakan suatu mesin yang dapat terbang. Di saat Orville dan Wilbur berkonsentrasi pada banyaknya detail dan eksperimen yang berguna bagi penemuan mereka, Katherine memilih untuk terus mendukung mereka dengan penuh kasih dan tanpa menonjolkan diri. Ia meneruskan usaha toko sepeda mereka (sumber penghasilan utama kedua saudaranya), melepaskan pekerjaan sebagai guru demi merawat Orville setelah kecelakaan pesawat yang dialaminya, dan menangani rupa-rupa hal detail yang datang seiring semakin tenarnya kedua saudaranya itu.
