Category  |  Kepedihan Hidup

Menemukan Kedamaian Tuhan di Tengah Kesusahan

Kita tidak menampik, hari-hari ini kita jalani dengan sulit. Pandemi mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Mungkin dalam hati kita…

Banjir Jakarta: Kisahku di Bawah Hujan

Mendung gelap menyelimuti Jakarta. Aku bergegas memacu motorku ke arah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rekan kantorku, sempat mengingatkan, "Cepetan pulang, mau ujan gede lho. Tuh langit mendung gitu."

Tidak Pernah Sendirian

Ketika sedang menulis pedoman Alkitab untuk para pendeta di Indonesia, seorang kawan kagum pada budaya kebersamaan yang diterapkan di negeri ini. Budaya yang disebut gotong-royong tersebut dilakukan di desa-desa, ketika warga bekerja bersama memperbaiki atap rumah seseorang atau membangun kembali jembatan atau jalan. Bahkan, menurut teman saya, itu terjadi di kota besar, “Orang biasanya pergi bersama ke suatu tempat, misalnya saat berobat ke dokter. Itulah kebiasaan di sana. Mereka tidak pernah sendirian.”

Ketika Semua Terasa Hilang

Hanya dalam waktu 6 bulan, hidup Gerald berantakan. Krisis ekonomi membuat bisnisnya bangkrut dan merenggut hartanya, lalu kecelakaan tragis merenggut nyawa anak lelakinya. Karena sangat terguncang, ibunya terkena serangan jantung dan meninggal, istrinya menjadi depresi, dan kedua putrinya begitu sedih hingga menolak untuk dihibur. Yang bisa ia lakukan hanyalah menggemakan seruan pemazmur, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”(mzm. 22:2).

Kerinduan yang Terukir

“Ah, setiap dermaga adalah kerinduan yang terukir!” begitulah bunyi sebaris kalimat dalam puisi berbahasa Portugis “Ode Marítima” karya Fernando Pessoa. Dermaga itu mewakili perasaan kita saat sebuah kapal beranjak perlahan meninggalkan kita. Kapal berangkat tetapi dermaga tetap di tempatnya, menjadi monumen abadi yang melambangkan harapan dan impian, perpisahan dan kerinduan. Kita merasa sedih karena ada yang hilang, dan atas sesuatu yang tidak dapat kita raih.

Menteri Urusan Kesepian

Sejak suaminya meninggal, Betsy banyak menghabiskan waktu di rumah, menonton TV dan membuat teh untuk dirinya sendiri. Bukan hanya Betsy yang hidup dalam kesepian. Lebih dari 9 juta warga Inggris (15% dari populasi) mengatakan bahwa mereka sering atau selalu merasa kesepian, dan pemerintah Inggris Raya telah menunjuk seorang Menteri Urusan Kesepian untuk mencari tahu penyebab dan cara menolong orang-orang yang kesepian tersebut.

Mangkuk Air Mata

Di Boston, Massachusetts, terdapat sebuah plakat bertuliskan “Menyeberangi Mangkuk Air Mata” yang dipasang untuk mengenang orang-orang yang dengan berani menyeberangi Samudra Atlantik agar tidak mati kelaparan di tengah bencana kelaparan hebat yang melanda Irlandia di akhir tahun 1840-an. Lebih dari sejuta orang meninggal dalam bencana kelaparan itu, sementara satu juta lebih lainnya memutuskan meninggalkan kampung halaman untuk menyeberangi lautan, yang secara puitis oleh John Boyle O’Reilly disebut sebagai “Mangkuk Air Mata.” Terdorong oleh kepedihan dan kelaparan hebat, orang-orang itu pergi mencari setitik pengharapan di tengah masa-masa sulit.

Memahami Cobaan Hidup

Ayah seorang teman saya didiagnosis mengidap penyakit kanker. Namun, saat menjalani proses kemoterapi, ia bertobat dan menjadi percaya kepada Kristus. Penyakitnya pun berangsur-angsur membaik. Ia bebas dari penyakit kanker selama delapan belas bulan, tetapi kemudian kanker itu kambuh lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Ia dan istrinya menghadapi kenyataan tentang penyakit itu dengan rasa prihatin dan banyak pertanyaan. Namun, mereka juga menghadapinya dengan iman yang tunduk kepada Allah karena mereka melihat bagaimana Dia memelihara mereka saat pertama kalinya penyakit itu menyerang.

Adakah Kau di Sana?

Ketika istrinya tertular penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian, Michael berharap istrinya mengalami damai sejahtera seperti yang ia alami lewat hubungan pribadinya dengan Allah. Ia sudah pernah menceritakan tentang imannya kepada sang istri, tetapi istrinya tidak tertarik. Suatu hari, ketika sedang berjalan melewati sebuah toko buku, ada judul buku menarik perhatiannya: Allah, Adakah Kau di Sana? Karena tidak yakin pada reaksi istrinya bila diberi buku tersebut, Michael beberapa kali keluar-masuk toko itu sebelum kemudian membelinya juga. Ia cukup terkejut ketika istrinya mau menerima buku tersebut.