Category  |  Santapan Rohani

Cinta Kasih yang Nyata

Saat duduk di samping Margaret, teman saya yang terbaring di ranjang rumah sakit, saya memperhatikan kesibukan dan aktivitas pasien-pasien lain, staf medis, dan para pengunjung. Seorang wanita muda yang duduk di dekat ibunya yang sakit bertanya kepada Margaret, “Siapa orang-orang yang rajin menjengukmu itu?” Margaret menjawab, “Mereka teman-temanku di gereja!” Wanita muda itu berkata bahwa ia belum pernah melihat perhatian sebesar itu, dan merasa banyaknya penjenguk itu “memperlihatkan cinta kasih yang nyata.” Sambil tersenyum, Margaret menjawab, “Itu karena kami mengasihi Allah melalui Putra-Nya, Yesus Kristus!”

Kesempatan untuk Keajaiban

Fotografer Ronn Murray sangat menyukai cuaca dingin. “Cuaca dngin berarti langit akan cerah,” katanya. “Dan itu memberi kesempatan untuk melihat keajaiban!”

Kebenaran yang Tidak Pernah Berubah

Waktu putra saya, Xavier, masih kecil, kami pernah membaca cerita kanak-kanak tentang seorang anak laki-laki yang melawan gurunya dan mengganti cara menyebut bolpoin dengan nama yang dikarangnya sendiri. Ia lalu meyakinkan teman-teman sekelasnya untuk menyebut bolpoin dengan nama karangannya tadi. Kabar tentang sebutan baru untuk bolpoin itu lalu menyebar ke seluruh kota. Akhirnya, orang-orang di seluruh negeri mengubah cara mereka menyebut bolpoin, hanya karena mereka menerima realitas yang dibuat-buat oleh anak tadi sebagai kebenaran universal.

Pandangan Allah tentang Kita

Pada tahun 1968, Amerika Serikat sedang berkutat dengan perang di Vietnam, kekerasan rasial yang merajalela di berbagai kota, dan pembunuhan dua tokoh masyarakat. Setahun sebelumnya, kebakaran merenggut nyawa tiga astronaut di landasan peluncuran, dan perjalanan ke bulan pun terdengar seperti gagasan yang mustahil diwujudkan. Meski demikian, pesawat antariksa Apollo 8 akhirnya berhasil diluncurkan beberapa hari sebelum Natal.

Siapa yang Harus Kita Dengarkan

“Saya harus mengumumkan situasi genting. Pilot saya meninggal dunia.” Dengan gugup, Doug White mengucapkan kata-kata itu kepada menara kendali yang memantau penerbangannya. Beberapa menit setelah lepas landas, pilot pesawat pribadi yang disewa keluarga Doug mendadak meninggal dunia. Doug pun masuk ke kokpit hanya dengan berbekal pelatihan tiga bulan dalam menerbangkan pesawat yang tidak begitu canggih. Lalu, dengan saksama Doug mendengarkan petugas kontrol dari bandara setempat yang membimbingnya dalam upaya mendaratkan pesawat. Setelahnya, Doug berkata, “[Mereka] telah menyelamatkan keluarga saya dari kematian yang nyaris tak terelakkan.”

Yesus Penyelamat Kita

Perjalanan kereta gantung yang biasa melintasi sebuah lembah di Pakistan itu tiba-tiba berubah menjadi pengalaman yang mengerikan. Tak lama setelah berjalan, dua utas kabel penopang kereta gantung itu putus, sehingga delapan penumpang—termasuk murid-murid sekolah—terkatung-katung setinggi ratusan meter di udara. Situasi tersebut memicu operasi penyelamatan yang penuh tantangan selama 12 jam oleh militer Pakistan. Mereka menggunakan zipline, helikopter, dan sarana lainnya untuk menyelamatkan para penumpang.

Saling Menguatkan di dalam Kristus

Suatu kali, seorang guru di negara bagian Indiana, AS, mendorong siswa-siswinya untuk menulis pesan yang berisi dorongan dan penguatan bagi satu sama lain. Beberapa hari kemudian, ketika sebuah tragedi terjadi di suatu sekolah di negara bagian lain, pesan-pesan yang mereka tulis tadi berhasil menguatkan sesama murid di tengah ketakutan dan kekhawatiran akan terjadinya peristiwa yang serupa di antara mereka.

Iman Seorang Nenek

Saat kami sekeluarga duduk mengelilingi meja makan, cucu laki-laki saya yang berusia sembilan tahun berkata sambil tersenyum, “Aku mirip dengan Nenek. Aku suka membaca!” Kata-katanya membawa sukacita dalam hati saya. Saya ingat tahun lalu saat ia jatuh sakit dan tidak bersekolah. Setelah ia tidur siang, kami duduk bersebelahan dan membaca buku. Saya senang sekali dapat mewariskan kegemaran membaca yang saya sendiri terima dari ibu saya.

Cinta Kuat seperti Maut

Jika Anda menyusuri tembok kuno yang terbentang memisahkan pekuburan Protestan dan Katolik di Roermond, Belanda, Anda akan menemukan suatu pemandangan menarik. Pada masing-masing sisi, sejajar dengan dindingnya, berdiri dua buah menara batu nisan yang identik; satu untuk seorang suami beragama Kristen Protestan dan satu lagi untuk istrinya yang beragama Kristen Katolik. Peraturan yang berlaku di sana pada abad ke-19 mengharuskan mereka dimakamkan di tempat yang terpisah. Akan tetapi, mereka tidak menerima begitu saja keadaan itu. Jadi, dibangunlah batu nisan yang tidak lazim untuk masing-masing dari mereka dengan ukuran lumayan tinggi, hingga bagian atasnya menyembul sekitar 30-60 cm di atas tembok yang memisahkan keduanya. Di puncak masing-masing batu nisan, terdapat pahatan berupa sepenggal tangan yang terulur dan bergenggaman dengan tangan dari sisi lainnya. Pasangan tersebut menolak dipisahkan, dalam kematian sekalipun.