Category  |  Santapan Rohani

Pencipta yang Dapat Kita Percaya

Makhluk yang disebut “Monster” dalam novel Frankenstein karya Mary Shelley adalah salah satu tokoh dalam dunia sastra yang paling dikenal dan paling menggugah imajinasi pembaca. Namun, penggemar novel tersebut berargumen bahwa monster sesungguhnya yang dimaksudkan Shelley adalah tokoh bernama Victor Frankenstein, ilmuwan delusional yang menciptakan makhluk tadi. Setelah menciptakan makhluk cerdas itu, Victor menolak memberikan bimbingan, pendampingan, atau harapan untuk meraih kebahagiaan apa pun kepada si “monster”. Tindakan Victor hampir pasti menyeret makhluk itu kepada keputusasaan dan kemarahan besar. Kepada Victor, makhluk itu meratap, “Kau, penciptaku, telah mencabik-cabik diriku.”

Kuasa Yesus

Meski Tuhan Yesus telah melepaskan putra saya Geoff dari kecanduan narkoba yang berlangsung bertahun-tahun, masih saja saya mengkhawatirkannya. Kami sudah melewati pasang surut bersama, tetapi terkadang saya masih berfokus pada masa lalunya yang kelam daripada masa depan yang telah Allah sediakan baginya. Para orangtua pecandu sering kali khawatir anak mereka kembali pada kebiasaan lama mereka. Suatu hari, dalam sebuah pertemuan keluarga, saya mengajak Geoff bicara dan berkata, “Ingat Nak, kita punya musuh yang kuat.” “Aku tahu, Ayah,” jawabnya. “Ia memang kuat, tetapi tidak berkuasa.”

Kasih Allah Tak Terkalahkan

Ketika Xavier, anak saya yang sekarang sudah dewasa, masih duduk di bangku taman kanak-kanak, ia pernah membentangkan tangannya lebar-lebar dan berkata, “Aku sayang Mama sebesar ini.” Lalu saya membentangkan tangan saya lebih lebar lagi dan berkata, “Mama menyayangimu sebesar ini.” Sambil berkacak pinggang, Xavier berkata, “Aku sayang Mama lebih dulu.” Saya menggeleng. “Mama sudah menyayangimu sewaktu Allah menaruhmu dalam rahim Mama.” Xavier melotot. “Oke, Mama menang.” “Kita berdua menang,” kata saya, “karena Yesus mengasihi kita berdua terlebih dulu.”

Berdoa dan Berjaga-jaga

Ketika menghadapi peperangan rohani, orang percaya harus berdoa dengan sungguh-sungguh. Meski demikian, seorang wanita di Florida mengalami betapa berbahayanya berdoa dengan cara yang tidak bijaksana. Ia biasa berdoa dengan memejamkan mata. Namun, suatu hari ketika sedang mengemudi dan berdoa (dengan mata terpejam!), wanita itu lalai untuk menghentikan mobilnya di suatu persimpangan jalan, melaju terus, hingga keluar dari jalan raya dan akhirnya menyelonong masuk ke pekarangan rumah seseorang. Ia mencoba memundurkan mobilnya tetapi tidak berhasil. Meski tidak terluka, wanita itu ditilang polisi atas tindakannya mengemudi dengan ceroboh dan merusak rumah orang. Wanita yang tekun berdoa ini telah melewatkan bagian penting dari Efesus 6:18: berjaga-jaga.

Malaikat Pendamping

Ketika jadwal Bev penuh dengan serangkaian tes kesehatan, ia mulai merasa kewalahan dan lelah. Saat tim dokter memberi tahu bahwa mereka masih mencari sumber penyakit kanker di tubuhnya, Bev makin tertekan. Namun, setiap hari Allah dengan setia menguatkan Bev melalui janji penyertaan-Nya, dan ia merasakan damai sejahtera ketika ia mencari Allah atau membaca Alkitab. Bev sering bergumul dengan ketidakpastian dan harus berulang kali belajar untuk menyerahkan perasaan yang membebaninya itu kepada Allah. Suatu pagi, Bev membaca sepenggal ayat dari Keluaran 23 yang menyentuh hatinya sebelum ia menjalani operasi besar: “Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan” (ay.20).

Mencabut Ilalang Kekhawatiran

Setelah menanam beberapa benih dalam sebuah pot di halaman belakang rumah, saya menunggu-nunggu untuk melihat hasilnya. Karena membaca bahwa benih-benih tersebut akan bertunas dalam 10 hingga 14 hari, saya jadi sering memeriksa keadaan saat menyirami tanahnya. Tak lama kemudian, saya melihat beberapa daun berwarna hijau menyembul dari tanah. Namun, kegembiraan saya langsung buyar ketika suami saya memberi tahu bahwa itu hanya ilalang. Ia mendorong saya untuk segera mencabut ilalang itu agar tidak mengimpit tanaman saya.

Melayani Bersama di dalam Yesus

Ketika tiga orang pria terdampar di sebuah pulau di Mikronesia, suatu regu penyelamat bekerja keras bersama-sama untuk menolong mereka. Kerja sama tim sungguh diperlukan karena krisis kesehatan yang meluas mengharuskan mereka membatasi kontak di antara mereka. Pilot yang pertama kali melihat orang-orang yang terdampar itu menghubungi sebuah kapal Angkatan Laut Australia yang terdekat dari sana. Kapal tersebut lalu mengirimkan dua helikopter yang menyediakan makanan, air, dan perawatan medis. Kemudian, para petugas Penjaga Pantai AS tiba untuk memeriksa keadaan orang-orang tersebut dan mengantarkan sebuah radio. Akhirnya, sebuah kapal patroli Mikronesia mengantar mereka sampai ke tempat tujuan.

Allah adalah Penolongku

Teman saya, Raleigh, masih bersemangat menjalani hidupnya yang hampir menjelang usia 85 tahun! Ia telah menjadi sumber insipirasi sejak pertama kali saya bercakap-cakap dengannya lebih dari 35 tahun yang lalu. Karena itu saya tergugah, tetapi tidak heran, ketika baru-baru ini Raleigh bercerita bahwa sejak pensiun, ia sudah menyelesaikan sebuah naskah buku dan memulai inisiatif untuk pelayanan yang baru.

Berbeda tetapi Satu di dalam Kristus

Dalam esai berjudul “Service and the Spectrum” (Pelayanan dan Spektrum [Autisme]), Profesor Daniel Bowman Jr. menulis tentang kesulitan yang dihadapinya sebagai penyandang autisme saat memutuskan untuk melayani di gerejanya. Ia menjelaskan, “Seorang autis harus mengerahkan usaha yang berbeda dan baru setiap kali, dengan mempertimbangkan: . . . kapasitas mental, emosional, dan fisik . . .; kebutuhan untuk menyendiri atau memulihkan kekuatan; masukan sensorik dan tingkat kenyamanan . . .; waktu dalam satu hari; apakah kemampuan kami dihargai dan kebutuhan kami diakomodasi, daripada tidak dihiraukan karena dianggap berkekurangan; dan masih banyak hal lain.” Bowman berkata bahwa, bagi banyak orang, keputusan seperti itu akan “membuat mereka menyesuaikan kapasitas dan waktu mereka, tetapi takkan menyebabkan mereka undur. Sebaliknya, semua pertimbangan tadi justru bisa melumpuhkan saya.”