Belajar dari Kesalahan
Untuk membantu orang menghindari kegagalan finansial di masa depan, seperti yang pernah membuat perekonomian dunia terpuruk pada tahun 1929 dan 2008, didirikanlah Library of Mistakes (Perpustakaan Kesalahan) di Edinburgh, Skotlandia. Perpustakaan tersebut mengoleksi lebih dari dua ribu judul buku yang berguna untuk mendidik para calon ekonom di masa mendatang. Selain itu, tempat tersebut juga memberikan contoh sempurna bagaimana “orang-orang pintar terus melakukan hal-hal bodoh,” seperti yang dikatakan kurator perpustakaan. Para kurator tersebut percaya bahwa satu-satunya cara membangun perekonomian yang kuat adalah dengan belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu.
Melayani Orang Lain bagi Tuhan
Banyak orang mengenang aktris Nichelle Nichols karena perannya sebagai Letnan Uhura dalam film seri Star Trek yang asli. Mendapatkan peran itu adalah pencapaian tersendiri bagi Nichols, karena ia menjadi salah satu wanita berkulit hitam pertama yang muncul di acara TV berskala besar. Namun, masih ada pencapaian yang lebih besar daripada itu.
Menyerap Kejahatan
Bencana nuklir Fukushima Daiichi pada tahun 2011, yang disebabkan oleh gempa bumi, menyebarkan racun dalam jumlah yang sangat besar dan memaksa lebih dari 150.000 warga untuk mengungsi. Seorang warga setempat berkata, “Seolah-olah ada salju tak kasatmata turun di Fukushima dan terus turun sampai menutupi daerah itu.” Radiasi tingkat tinggi ditemukan pada hasil panen, daging, dan sejumlah area yang bermil-mil jauhnya dari pabrik itu. Untuk menanggulangi racun tersebut, warga mulai menanam bunga matahari, tumbuhan yang diketahui dapat menyerap radiasi. Mereka menanam lebih dari dua ratus ribu benih, dan hasilnya, jutaan bunga matahari kini mekar di Fukushima.
Bertekun dalam Yesus
Ketika saya masih berkuliah di sekolah tinggi teologi bertahun-tahun lalu, kampus kami biasa mengadakan kebaktian mingguan. Dalam salah satu kebaktian, saat para mahasiswa sedang menyanyikan lagu “Great Is the Lord”, saya melihat tiga orang dosen bernyanyi dengan penuh perasaan. Wajah mereka memancarkan sukacita, yang hanya mungkin dialami karena iman mereka kepada Allah. Bertahun-tahun kemudian, ketika satu per satu dari mereka menderita penyakit yang berat, iman itulah yang memampukan mereka untuk tetap bertahan dan menguatkan orang lain.
Pekerja Allah
Dalam sebuah kamp pengungsi di Timur Tengah, Reza menerima sejilid Alkitab yang kemudian membawanya untuk mengenal Yesus dan percaya kepada-Nya. Doa pertamanya dalam nama Kristus adalah, “Pakai aku menjadi pekerja-Mu.” Di kemudian hari, setelah meninggalkan kamp, Allah menjawab doa Reza ketika tanpa disangka-sangka ia mendapat pekerjaan di suatu organisasi kemanusiaan. Ia pun kembali ke kamp pengungsi yang dahulu dihuninya untuk melayani orang-orang yang dikenal dan dikasihinya. Reza mendirikan klub olahraga, mengadakan kelas-kelas bahasa, dan memberikan bantuan hukum—“apa pun yang dapat memberikan pengharapan kepada mereka.” Ia memandang program-program tersebut sebagai sarana untuk melayani orang lain sekaligus membagikan hikmat dan kasih Allah.
Perintah yang Sederhana
“Rapikan dulu ruang depan sebelum kamu tidur,” perintah saya kepada salah satu putri saya. “Kenapa adik tidak usah melakukannya?” balasnya langsung, sambil menunjuk adik perempuannya.
Seruan untuk Berdoa
Abraham Lincoln pernah bercerita kepada seorang teman, “Betapa sering aku tergerak untuk bertelut dalam doa karena aku sangat merasakan tidak ada hal lain yang dapat kuandalkan.” Dalam masa Perang Saudara Amerika Serikat yang mengerikan, Presiden Lincoln tidak hanya sering meluangkan waktu untuk sungguh-sungguh berdoa, tetapi juga mengajak seluruh negeri untuk berdoa bersamanya. Pada tahun 1861, ia memproklamasikan “hari untuk merendahkan hati, berdoa, dan berpuasa”. Lincoln kembali melakukannya pada tahun 1863, dengan menyatakan, “Adalah kewajiban bagi negara-negara dan manusia untuk mengakui ketergantungan mereka pada kuasa Allah yang tak terbantahkan: untuk mengakui dosa dan pelanggaran mereka dengan penyesalan yang tulus, sekaligus dengan harapan yang pasti bahwa pertobatan sejati akan mendatangkan belas kasihan dan pengampunan [Allah].”
Kasih yang Tak Terhitung
“Bagaimana caraku mencintaimu? Akan coba kusebutkan satu demi satu.” Kata-kata dari antologi Sonnets from the Portuguese karya Elizabeth Barrett Browning tersebut adalah salah satu puisi paling terkenal dalam sastra Inggris. Elizabeth menuliskan puisi tersebut untuk Robert Browning sebelum mereka menikah. Robert begitu tersentuh sehingga ia mendorong Elizabeth untuk menerbitkan seluruh koleksi puisinya. Namun, karena gaya bahasa soneta itu sangat halus dan didorong keinginan untuk menjaga privasinya, Barrett menerbitkannya seolah-olah tulisan tersebut diterjemahkan dari karya seorang penulis Portugis.
Juruselamat yang Rela
Ketika sedang mengemudi pada larut malam, Nicholas melihat ada kebakaran di sebuah rumah. Ia langsung menghentikan mobil, bergegas memasuki rumah yang terbakar, dan menyelamatkan empat orang anak. Ketika pengasuh anak yang masih remaja menyadari masih ada satu anak lagi yang terperangkap di dalam, ia langsung memberi tahu Nicholas. Tanpa ragu Nicholas masuk lagi ke dalam rumah yang dilalap api. Ketika terjebak di lantai dua bersama seorang anak perempuan berumur enam tahun, Nicholas pun memecahkan kaca jendela. Ia melompat ke luar ke tempat yang aman, tepat ketika bala bantuan tiba. Dengan mendahulukan orang lain di atas keadaannya sendiri, Nicholas berhasil menyelamatkan semua anak di rumah itu.